TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini. Pertumbuhan diperkirakan mencapai 7 persen. Dengan pelonggaran, pertumbuhan diperkirakan berada pada 6-8 persen.
"Saya juga tadinya menduga bisa lebih baik dari angka sekarang," kata Muliaman di gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Oktober 2016. OJK sebelumnya menargetkan pertumbuhan kredit pada 7-9 persen.
Muliaman mengatakan OJK akan terus memantau pertumbuhan kredit. Pasalnya, sering terjadi peningkatan di akhir tahun. Bank Indonesia pun telah menurunkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate ke level 4,75 persen. "Tapi memang Rencana Bisnis Bank (RBB) mungkin tidak akan tercapai," katanya.
Meski direvisi, Mulaiman mengklaim pertumbuhan kredit saat ini masih dalam kategori baik. Permintaan kredit yang melemah tak hanya terjadi di Indonesia akibat pelemahan ekonomi global. "Saya kira moderasi perekonomian di mana-mana seperti itu," katanya.
Pertumbuhan kredit yang lemah diiringi rasio kredit bermasalah (non-performing loan) yang tinggi. NPL gross saat ini tercatat mencapai 3,2 persen.
Muliaman mengatakan tingkat NPL tersebut masih aman karena sudah berlangsung lama. "Yang penting NPL net 1,4 persen dan bank punya kapasitas menyerap resiko," katanya. Ia berharap tingkat NPL akan lebih baik tahun depan.
VINDRY FLORENTIN