TEMPO.CO, Yogyakarta - PT Kereta Api Indonesia menawarkan gerbong-gerbong tua kepada Myanmar. Setidaknya ada 600 gerbong yang usianya lebih dari 20 tahun yang siap direkondisi untuk dibawa ke negara itu.
"Kami punya 600-an gerbong tua di atas 20 tahun. Kecepatannya bisa mencapai 60 kilometer per jam. Tapi perlu direkondisi dulu," kata Direktur Logistik dan Pengembangan PT KAI Budi Noviantoro di Yogyakarta, Selasa, 18 Oktober 2016.
Budi menjelaskan, perusahaannya telah mengirim tim teknis ke Myanmar untuk melakukan survei. PT KAI tidak lagi menggunakan kereta-kereta tua itu untuk kegiatan operasional. Sebab, PT KAI telah mendapat gerbong baru buatan General Electric.
PT KAI telah mendapat tawaran menjadi operator di Myanmar. Tawaran itu disampaikan Duta Besar Myanmar untuk Indonesia. Maka, dengan menggandeng PT KAI, diharapkan bisa menambah serius dalam penggarapan proyek transportasi massal ini. “Di Myanmar memang sudah ada kereta api, tapi kecepatannya hanya 30 kilometer per jam,” ucapnya.
Menurut Budi, potensi penggunaan kereta api di Myanmar sebenarnya sangat tinggi, tapi belum digarap secara maksimal pemerintah negara itu. "Bisa jadi karena faktor keamanan di sana yang baru saja stabil," tuturnya.
Selain itu, PT KAI membahas konektivitas kereta api lintas negara, yakni jalur Kunming-Vietnam-Thailand-Malaysia dan kemudian masuk ke Indonesia. Delegasi perusahaan kereta api dari enam negara ASEAN, termasuk Myanmar, menggelar pertemuan di Yogyakarta untuk membahas koneksivitas kereta api antarnegara pada 18-20 Oktober 2016.
Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro mengatakan konektivitas jalur kereta api lintas negara menjadi suatu hal yang memungkinkan saat ini. Apalagi, kata dia, jalur transportasi kereta api menjadi penting dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. "Di Eropa, ada gerbong masuk ke kapal feri, ke depan bisa terjadi di Indonesia," katanya.
MUH SYAIFULLAH