TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan nilai impor non-minyak dan gas (nonmigas) lebih tinggi dibandingkan impor migas pada September 2016. Nilai impor nonmigas mencapai US$ 9,55 miliar atau turun sebesar 9,77 persen dibandingkan Agustus. Sedangkan nilai impor migas mencapai US$ 1,74 miliar atau turun 2,97 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan impor nonmigas dipicu turunnya lima dari sepuluh golongan barang impor. "Golongan mesin dan peralatan mekanik mengalami penurunan tertinggi," kata Suhariyanto di kantornya, Senin, 17 Oktober 2016. Golongan tersebut turun US$ 98,9 juta atau 5,17 persen dibandingkan Agustus 2016.
Impor golongan barang yang juga turun ialah kendaraan dan bagiannya yang mencapai US$ 95,5 juta atau 17,14 persen dibandingkan Agustus. Penurunan diikuti golongan pupuk sebesar US$ 80 juta atau 43,74 persen; mesin dan peralatan listrik US 77,5 juta atau 5,70 persen; serta biji-bijian berminyak US$ 76,5 juta atau 58 persen.
Adapun penurunan impor migas dipicu turunnya nilai impor minyak mentah sebesar US$ 25,5 juta atau 3,91 persen dan hasil minyak US$ 35,6 juta atau 3,52 persen. Hanya satu komponen yang meningkat, yaitu nilai impor gas yang naik US$ 7,8 juta atau 5,95 persen.
BPS mencatat nilai impor pada September 2016 sebesar US$ 11,30 miliar atau turun 8,78 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Pada periode Januari hingga September 2016, impor mencapai US$ 98,69 miliar atau turun 8,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut terdiri atas impor nonmigas sebesar US$ 84,9 miliar dan impor migas sebesar US$ 13,74 miliar.
Suhariyanto mengatakan impor nonmigas terbesar dalam periode tersebut berasal dari Cina, dengan nilai impor US$ 21,99 miliar atau 25,88 persen dari total impor. Negara asal impor terbesar lainnya adalah Jepang dengan 11,16 persen atau senilai US$ 9,48 miliar dan Thailand dengan 7,81 persen atau US$ 6,64 miliar.
Masih pada periode yang sama, penggunaan barang impor didominasi golongan bahan baku atau penolong. Jumlahnya mencapai 74,55 persen dari total penggunaan. Sedangkan sisanya ialah barang modal sebesar 16,27 persen dan barang konsumsi sebesar 9,18 persen.
VINDRY FLORENTIN