TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan peran pemerintah daerah sangat besar dalam pengendalian inflasi. “Terutama dengan cara meningkatkan hasil produksi pangan,” ucap Mirza seusai temu wartawan daerah dengan Bank Indonesia di Jakarta, Senin, 10 Oktober 2016.
Menurut Mirza, peningkatan hasil produksi sangat penting karena sebagian besar penyebab inflasi di daerah adalah rendahnya hasil produksi pangan, sehingga harga bahan pangan tinggi.
Secara teknis, kata Mirza, banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi pangan. Salah satunya dengan mengundang investor menanamkan modal di daerah. "Pemerintah daerah pun bisa melakukan deregulasi untuk meningkatkan produksi pangan di daerah," ujarnya.
Deputi Direktur Departemen Ekonomi Moneter Bank Indonesia Ika Tejaningrum menuturkan, untuk menjaga stabilitas inflasi, Bank Indonesia mengembangkan potensi pangan masing-masing wilayah atau cluster. Cluster itu dikembangkan untuk komoditas yang mendukung ketahanan pangan. “Komoditas sumber tekanan inflasi adalah volatile food dan komoditas berorientasi ekspor," kata Ika pada acara yang sama. Masing-masing wilayah mengembangkan komoditas yang menyumbang inflasi terbesar bagi daerah.
Ika mencontohkan, cluster Sumatera dan Jawa mengembangkan beras, cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah. Kalimantan hampir sama dengan Sumatera dan Jawa, tapi ditambah daging sapi. Sedangkan Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara mengembangkan beras, ikan cakalang, daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang merah.
“Pendorong laju inflasi setiap daerah sangat dipengaruhi budaya setempat.” Di Sumatera, misalnya, kenaikan inflasi sebagian besar dipengaruhi harga cabai merah.
PHESI ESTER JULIKAWATI