TEMPO.CO, Jakarta - Tadi malam, pasar saham global kembali tertekan. Indeks Eurostoxx di kawasan Uni Eropa drop 0,5 persen di posisi 3.020,69. Di Wall Street, indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 1,1 persen dan 1,2 persen di level 18.128,66 dan 2.136,73. Adapun indeks berbasiskan saham teknologi Nasdaq tadi malam terkoreksi 1,5 persen di angka 5.246,79.
Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, saham-saham produk kesehatan dan bioteknologi menjadi motor penurunan Wall Street. Hal ini menyusul spekulasi pasar atas perkembangan politik di Amerika Serikat menjelang pemilu November mendatang.
"Kemungkinan besar, di DPR, kursi akan dipegang Demokrat yang bisa berimplikasi terhadap perubahan kebijakan di sektor kesehatan," ujar David dalam pesan tertulisnya Rabu, 12 Oktober 2016.
Selain sentimen isu politik, koreksi turut dipicu penguatan dolar Amerika seiring naiknya ekspektasi inflasi yang kembali memperkuat kemungkinan kenaikan bunga Amerika pada akhir tahun ini. Adapun harga minyak mentah di negara tersebut tadi malam terkoreksi 1 persen di posisi US$ 50,79 per barel menyusul penguatan dolar Amerika.
Pasar juga mulai mengantisipasi rilis laba 3Q16 yang dimulai dari rilis laba Alcoa yang di bawah ekspektasi pasar.
Dengan adanya peningkatan risiko pasar global, penguatan dolar Amerika serta koreksi pada sejumlah harga komoditas energi dan logam tadi malam akan mempengaruhi psikologis pasar pada perdagangan hari ini. David memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia akan rawan terkoreksi setelah kemarin berhasil rebound terbatas.
"IHSG diperkirakan kembali bergerak dengan support di level 5.330 dan resisten di angka 5.410 dibayangi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika," ujar David.
Sebelumnya pada perdagangan kemarin, IHSG bergerak fluktuatif dalam rentang 40 poin, tapi akhirnya berhasil tutup di teritori positif di posisi 5.381,997 atau menguat 21 poin (0,4 persen). IHSG berhasil rebound setelah pada empat sesi perdagangan sebelumnya terkoreksi.
Saham-saham pertambangan melanjutkan tren penguatannya seiring sentimen harga komoditasnya. Selain ditopang saham tambang, penguatan IHSG ditopang saham konsumsi dan properti. Harga minyak yang naik hingga di atas US$ 51 per barel menjadi pendorong penguatan sejumlah saham sektoral berbasiskan komoditas tambang.
DESTRIANITA