TEMPO.CO, Semarang - PT Pertamina Area Pemasaran Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan ada peningkatan konsumsi gas subsidi ukuran 3 kilogram karena musim hujan.
“Peningkatan karena musim hujan. Rumah tangga yang biasa menggunakan kayu bakar beralih ke gas elpigi,” kata Area Manager Communication and Relations Pertamina Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta Suyanto, Kamis, 6 Oktober 2016.
Peningkatan konsumsi pada September 2016 sebesar 719.150 metrik ton, meningkat hingga 3-4 persen dari target yang ditetapkan. “Kenaikan konsumsi gas 3 kilogram saat musim hujan ini dibuktikan dengan banyak aduan kelangkaan saat ini,” ujar Suyanto.
Suyanto menjelaskan, tingginya konsumsi gas subsidi saat musim hujan juga mendorong pengecer memanfaatkannya untuk meraup keuntungan. “Mereka memborong di tingkat pangkalan yang kemudian menjual dengan harga lebih tinggi dari harga eceran tetap,” tuturnya.
Kelangkaan gas bersubsidi dirasakan penduduk di kawasan Kecamatan Ngalian, Kota Semarang. Sejumlah pangkalan yang biasa memenuhi kebutuhan mulai kewalahan melayani pembeli yang lebih banyak. “Yang tersedia gas nonsubsidi 12 kilogram, Brigas, dan Blue Gaz,” ucap Agung, pengelola pangkalan gas di Pasar Ngalian.
Dia kerepotan melayani pembeli yang makin banyak karena sulit menambah kuota yang disediakan agen. Agung menerima suplai gas subsidi 160 tabung ukuran 3 kil gram tiap pekan. “Kiriman datang langsung ludes,” ujar Agung.
Suyanto mengimbau masyarakat agar membeli gas subsidi di tempat penjualan resmi Pertamina, yakni pangkalan atau agen langsung. Apalagi saat ini Pertamina sedang mengupayakan setiap desa di wilayah Jawa Tengah dan DIY terdapat satu pangkalan. Saat ini sudah 98 persen desa memiliki pangkalan. “Tetap kami genjot agar bisa mengakomodasi kebutuhan daerah,” kata Suyanto.
EDI FAISOL