TEMPO.CO, Washington - Bank Dunia mencatat tingkat kemiskinan ekstrem di dunia terus berkurang meskipun saat ini kondisi perekonomian global masih lesu. Berdasarkan laporan terbaru Bank Dunia, perbaikan untuk mengentaskan kemiskinan ini lebih banyak didorong kawasan Asia Timur dan Pasifik, terutama Cina, Indonesia, dan India.
Adapun setengah dari penduduk miskin ekstrem di dunia berasal dari kawasan Afrika Sub-Sahara dan sepertiganya lagi di Asia Selatan. “Namun masih terlalu banyak rakyat bertahan dengan penghasilan yang terlalu kecil,” ujar Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam keterangan tertulisnya, Senin, 3 Oktober 2016.
Kim berujar, target pengentasan kemiskinan ekstrem pada 2030 berisiko tidak tercapai, kecuali dengan kembalinya laju pertumbuhan yang lebih cepat agar mengurangi ketimpangan. “Kita perlu memperluas lapangan kerja agar masyarakat miskin terbantu,” katanya. Khususnya di negara-negara dengan jumlah rakyat miskin yang banyak.
Brasil, Kamboja, Mali, Peru, dan Tanzania masuk daftar negara yang berhasil mengurangi ketimpangan secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Bank Dunia pun mengidentifikasi enam strategi yang berpeluang memberikan dampak menambah penghasilan masyarakat miskin, memperbaiki akses masyarakat terhadap layanan penting, dan memperkuat prospek pembangunan jangka panjang tanpa merusak pertumbuhan.
Kim berujar, kebijakan itu akan berjalan baik jika didampingi pertumbuhan yang kuat dan manajemen makro-ekonomi yang baik. Selain itu, pasar tenaga kerja dapat menciptakan lapangan kerja dan memungkinkan masyarakat termiskin untuk memanfaatkan peluang itu.
GHOIDA RAHMAH