TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersepakat memangkas produksi minyaknya. Harga minyak pun diprediksi siap kembali tembus ke atas US$ 50 per barel.
“Akan ada kenaikan harga minyak karena OPEC merupakan produsen besar di minyak. Mereka menurunkan produksi. Bisa masuk ke area 50,” kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra saat dihubungi, Kamis, 29 September 2016.
Dia mengemukakan, pasca-kesepakatan Aljazair untuk membatasi produksi, minyak melaju pesat kemarin mulai pukul 23.00 WIB. “Bergerak kencang dari 44 ke 47.”
OPEC bersepakat memangkas produksi minyaknya untuk pertama kali dalam delapan tahun terakhir.
Seperti dikutip Bloomberg, Menteri Perminyakan Iran Bijan Nambar Zanganeh menyatakan OPEC setuju memangkas produksi pada kisaran 32,5 ke 33 juta barel per hari seusai pertemuan di Aljazair.
Walaupun beberapa anggota OPEC akan memangkas produksi, ujar dia, Iran tidak harus mengurangi produksi.
Banyak rincian tetap harus dikerjakan, dan OPEC tidak akan memutuskan target untuk masing-masing negara hingga pertemuan berikutnya pada akhir November 2016.
"Pemangkasan produksi ini jelas bullish," kata Mike Wittner, Kepala Riset Pasar Minyak Societe Generale SA, seperti dilansir Bloomberg.
"Yang lebih penting adalah Saudi tampaknya kembali ke masa pengelolaan pasar," ucapnya.
Kesepakatan ini juga menandakan babak baru dalam hubungan antara Arab Saudi dan Iran, yang telah bentrok dalam kebijakan minyak sejak 2014 dan mendukung sisi berlawanan dalam perang saudara di Suriah dan Yaman.
Kesepakatan ini menunjukkan kedua negara—dengan mediasi Rusia, Aljazair, dan Qatar—mampu mengatasi perbedaan untuk pemangkasan produksi awal tahun ini.