TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah dunia naik hampir 6 persen pada Rabu waktu Amerika Serikat, 28 September 2016, setelah OPEC untuk pertama kalinya sejak 2008 bersepakat memangkas produksi minyaknya. Kesepakatan itu akan diputuskan pada pertemuan resmi November mendatang. Sebelum ini, pasar energi kelebihan suplai, sehingga terus menekan harga minyak.
Pada Forum Energi Internasional yang berlangsung di Algiers, Aljazair, dari 26 sampai 28 September 2016, OPEC bersepakat mengurangi output sampai 32,5-33,0 juta barel per hari dari tingkat output saat ini 33,24 juta barel per hari.
"Kami telah memutuskan mengurangi produksi sekitar 700 ribu barel per hari," kata Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh.
Namun berapa banyak setiap negara akan memproduksi minyak akan diputuskan pada pertemuan resmi OPEC, 30 November mendatang, di mana OPEC juga akan meminta negara-negara non-OPEC, seperti Rusia, menempuh langkah serupa.
Harga minyak Brent naik US$ 2,72 atau 5,9 persen menjadi US$ 48,69 per barel dengan sempat mencapai angka tertinggi dalam dua pekan di posisi US$ 48,96. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melonjak US$ 2,38 atau 5,3 persen menjadi US$ 47,05 setelah mencapai angka terlemah US$ 47,45 sejak 8 September 2016.
Harga minyak yang naik ini berpengaruh pada pasar saham, di mana indeks harga saham energi di Wall Street melonjak 4 persen, yang merupakan pencapaian sehari terbaik sejak Januari lalu.
"Ini kesepakatan bersejarah. Ini pertama kalinya negara-negara OPEC dan non-OPEC bersama-sama bersepakat dalam satu dekade terakhir. Ini akan menciptakan landasan untuk minyak dan semestinya menaikkan harga minyak sampai 60-an dolar Amerika," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group, seperti dilansir Reuters.
ANTARA