TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 19 poin menjadi Rp12.963 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.944 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS namun masih terbatas, sebagian pelaku pasar melakukan aksi ambil untung setelah mata uang domestik pada hari sebelumnya mengalami kenaikan," kata pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Kamis (29 September 2016).
Ia menambahkan bahwa aksi pelaku pasar itu mengantisipasi data ekonomi domestik yang sedianya akan dirilis pada awal pekan depan (Senin, 3 Oktober 2016). Salah satu data yang menjadi fokus pasar yakni inflasi September 2016. "Diperkirakan inflasi masih berada di level rendah, data yang sesuai perkiraan dapat mendorong rupiah kembali terapresiasi," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, uang tebusan dari program amnesti pajak yang terus meningkat juga masih menjaga nilai tukar domestik sehingga tidak mengalami tekanan lebih dalam terhadap dolar AS.
Dari eksternal, lanjut dia, data produk domestik bruto (PDB) dan klaim pengangguran Amerika Serikat yang akan dirilis menjadi perhatian pelaku pasar. Data itu akan memberi sinyal bagi bank sentral dalam menaikkan suku bunga acuan AS. "PDB yang tumbuh serta peningkatan lapangan kerja akan berpotensi mendorong The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat," katanya. *
ANTARA