TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan membuka masa penawaran Obligasi Negara Ritel atau ORI mulai hari ini, Kamis, 29 September 2016. Masa penawaran obligasi retail tersebut akan dibuka hingga 20 Oktober mendatang. Dari penerbitan ORI seri 013 ini, Kemenkeu mematok target indikatif sebesar Rp 20 triliun.
"Ini adalah peluncuran instrumen retail keempat sepanjang 2016. Penerbitan ini dilakukan dalam rangka memberikan kesempatan kepada masyarakat yang bukan institusi untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan dan defisit anggaran," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan di Gedung Djuanda I, Kemenkeu, Jakarta Pusat.
Menurut Robert, tingkat kupon yang ditawarkan ORI 013 sebesar 6,6 persen per tahun yang dibayarkan per tanggal 15 setiap bulan. "Kupon dibayarkan pertama kali pada 15 November. Kupon ini lebih rendah dibanding tahun lalu. Tapi, karena fundamental ekonomi kita lebih baik, real interest rate masih positif," katanya.
Minimum pemesanan obligasi ini, menurut Robert, adalah sebesar Rp 5 juta. Sementara itu, maksimum pemesanan mencapai Rp 3 miliar. "Holding period-nya dua bulan atau dua periode pembayaran kupon. Artinya, setelah dibeli, tidak otomatis boleh dijual di pasar sekunder. Harus menunggu dua bulan terlebih dulu."
Setelah masa penawaran usai pada akhir Oktober, menurut Robert, penjatahan akan dilakukan pada 24 Oktober. Sementara itu, proses settlement akan dilakukan pada 26 Oktober. Adapun ORI 013 akan jatuh tempo pada 15 Oktober 2019 atau dengan tenor tiga tahun. "Kami sudah menunjuk 24 agen penjual," ujarnya.
Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Loto S. Ginting berharap, ORI 013 tersebut dapat menarik banyak investor retail yang tersebar di seluruh provinsi. "Kami harap, jangkauan penjualan ORI 013 bisa di seluruh provinsi, terutama wilayah tengah dan timur Indonesia," tuturnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI