TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi di dunia mengalami perlambatan, termasuk di Indonesia. "Rata-rata semua negara mengalami perlambatan," ujar Rosan dalam acara Trade and Ekspor for All di Gedung Smesco Jakarta, Selasa, 27 September 2016.
Rosan menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia melambat karena banyak bergantung pada komoditas tertentu, seperti batu bara dan gas. "Padahal harga komoditas tersebut sedang mengalami penurunan," ujar dia.
Menurut Rosan, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perlu diperhatikan belanja negara dan investasi. "Dan jangan lupa dari ekspor juga bisa," ujar dia.
Sayangnya, peningkatan pertumbuhan ekonomi dari ekspor sering dilupakan oleh pemerintah dan pelaku usaha. "Neraca perdagangan kita memang positif, tapi bukan sesuatu yang dapat dibanggakan," kata Rosan. Positifnya neraca perdagangan, menurut Rosan, karena ekspor dan impor sama-sama menurun.
Karena itu, kata Rosan, upaya Indonesia untuk aktif dalam perdagangan bebas harus kembali ditingkatkan. "Saat ini beberapa perdagangan bebas sedang dalam tahap negosiasi," kata dia. "Misalnya Indonesia dengan Australia."
Selain itu, untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah berjalan sejak awal tahun ini, posisi Indonesia masih rendah dibandingkan negara ASEAN lain, yaitu sekitar 20 persen. Padahal Indonesia adalah pangsa pasar yang besar. "Jangan hanya pangsa pasar saja, tapi harus jadi pemain pasar yang besar," ujar dia.
Karena itu, Indonesia harus dapat menjadi pemain pasar di MEA karena posisi Indonesia sebagai negara dengan luas wilayah terbesar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. "Jadi, sangat disayangkan kalau kita bukan pemain pasar," kata Rosan.
ODELIA SINAGA