TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, walaupun tantangan setelah krisis masih muncul dan perekonomian global tengah melemah, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mencapai 5,04 persen hingga semester I lalu.
Karena itu, Sri Mulyani mengatakan, Indonesia dapat bertahan dari berbagai tantangan global yang masih harus dihadapi.
"Inilah saatnya bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki potensi yang begitu luar biasa dan negeri ini memiliki kapasitas untuk menciptakan reformasi dalam bisnis serta kekuatan dan ketahanan," kata Sri Mulyani dalam Seminar Challenges to Global Economy di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis, 22 September 2016.
Sri Mulyani berujar, berbagai kebijakan fiskal diambil pemerintah untuk menstimulus perekonomian domestik di tengah melemahnya kondisi global. Pemerintah, menurut dia, menggunakan seluruh indikator yang ada dalam mendesain kebijakan fiskal sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat.
"Di tengah kondisi penerimaan tidak setinggi yang ditargetkan," tuturnya.
Salah satu terobosan yang diambil, kata Sri Mulyani, adalah kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty. Menurut dia, dengan program yang efektif bergulir pada pertengahan Juli tersebut, aliran dana yang masuk ke Indonesia akan meningkat dengan terbukanya kesempatan repatriasi. "Kami akan selalu memonitor program tax amnesty ini."
Sri Mulyani berujar, dengan dana repatriasi itu, penerimaan akan meningkat sehingga dapat menstimulus perekonomian. Selain itu, pemerintah meluncurkan 13 paket kebijakan ekonomi untuk meyakinkan investor bahwa Indonesia merupakan tempat yang tepat untuk berbisnis. "Kami punya market yang dapat menjadi base bagi investor untuk berinvestasi."
ANGELINA ANJAR SAWITRI