TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan strateginya menggenjot pertumbuhan ekonomi dalam tiga bulan ke depan. Menurut dia, salah satu indikator penting dalam meningkatkan pertumbuhan adalah konsumsi masyarakat. Karena itu, pemerintah akan menjaga laju inflasi agar konsumsi masyarakat tetap terjaga.
"Konsumsi akan tetap dijaga dengan inflasi yang rendah sehingga confident dari masyarakat tetap melakukan aktivitas konsumsi masih diharapkan berlanjut,” ujarnya setelah membuka Seminar Challenges to Global Economy di Hotel Ritz-Charlton, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis, 22 September 2016. “Jadi itu strategi yang kami lakukan.”
Sri menjelaskan, dari sisi permintaan, pertumbuhan akan digenjot dari investasi, konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, serta ekspor dan impor. "Dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan ekspor dan impor memang negatif. Tapi sekarang sudah mulai mendekati teritori positif. Kami berharap ini akan relatif netral sampai akhir tahun," katanya.
Nantinya, Sri berharap investasi perusahaan-perusahaan akan terus meningkat meskipun beberapa perusahaan masih melakukan konsolidasi dengan rendahnya harga komoditas. "Namun kami juga berharap perbankan dan korporasi masih punya minat, terutama dengan masuknya dana-dana repatriasi dari tax amnesty," ucapnya.
Dalam kebijakan fiskal yang akan diambil, menurut Sri, pemerintah akan menggunakan seluruh indikator yang ada untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemerintah akan terus melakukan konsolidasi. "Karena ekspektasi penerimaan negara selama dua tahun terakhir ini memang sangat optimistis," tuturnya.
Pemerintah sebelumnya mematok angka pertumbuhan ekonomi di level 5,2 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016. Angka ini turun sedikit dibanding yang ditetapkan pada APBN 2016 sebesar 5,3 persen.
ANGELINA ANJAR SAWITRI