TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mendukung pembiayaan atau investasi melalui pasar keuangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo mengatakan Indonesia harus meningkatkan porsi pasar keuangan dalam sistem perekonomian.
"Ini supaya pembiayaan untuk ekonomi produktif maupun investasi dapat dilakukan dengan lebih efisien," ujar Agus dalam seminar Financial Market Deepening: The Way Forward for Indonesia, di Kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Senin, 19 September 2016.
Agus berujar, struktur pasar keuangan Indonesia saat ini ditandai dengan industri perbankan yang merupakan sumber pendanaan utama bagi ekonomi. Dengan kondisi pendanaan yang bertumpu pada perbankan itu, akses pendanaan bagi peminjam dana (borrower) maupun alternatif investasi bagi pemberi dana (lender/investor) menjadi terbatas.
Sehingga, menurut Agus dibutuhkan alternatif pendanaan di luar sektor perbankan, baik untuk kebutuhan pendanaan jangka pendek maupun jangka panjang. "Salah satu pilihan pengembangan adalah melakukan optimalisasi pendanaan secara langsung kepada lender atau investor."
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 2016 Diperkirakan Hanya 5 Persen
Pilihan pendanaan tersebut seperti melalui pengembangan variasi instrumen pasar keuangan, perluasan basis pelaku pasar, dan pengembangan infrastruktur pasar.
Agus mengungkapkan perkembangan pasar keuangan Indonesia dalam satu dekade terakhir relatif lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. "Fenomena ini menunjukkan bahwa Indonesia belum bisa memanfaatkan pasar keuangan sebagai daya dorong perekonomiannya."
Agus menambahkan perkembangan pasar keuangan Indonesia memerlukan sinergi kebijakan antar lembaga terkait, yaitu Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Kementerian Keuangan.
Pada seminar hari ini yang juga turut mengundang stakeholder terkait, ada dua isu utama yang menjadi pokok pembahasan.
Pertama, yaitu peran penting pendalaman pasar keuangan untuk pertumbuhan dan makro ekonomi serta pengalaman dari negara-negara lain. Kedua, analisis permasalahan dan kerangka pendalaman pasar keuangan Indonesia, termasuk koordinasi antara regulator dan pelaku pasar sebagai kunci sukses pendalaman pasar keuangan.
Simak: Sri Mulyani: Target Pertumbuhan Ekonomi 2017 Harus Realistis
Agus berharap, dengan pembahasan dan diskusi yang mendalam ini, regulator dan pelaku pasar dapat memiliki pemahaman yang sama terhadap isu-isu strategis dalam pasar keuangan Indonesia.
"Selanjutnya, koordinasi harus terus dilakukan, untuk membangun fondasi pasar keuangan yang kuat dan mampu mendorong ekonomi nasional," ujar Agus.
Sebelumnya Kementerian Keuangan mencatat realisasi asumsi pertumbuhan ekonomi hingga akhir Agustus 2016 sebesar 5,04 persen. Sepanjang 2016, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan ada di angka 5 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengatakan pertumbuhan ekonomi tak akan terlalu tinggi. Ia memprediksi pertumbuhan tertinggi sebesar 5,05-5,06 persen. "Kalau pun naik, tidak akan lebih dari 5,1 persen," kata dia dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR, Jakarta, Selasa, 13 September 2016.
Baca:Bulog: Penyuap Irman Gusman Tak Terkait Impor Gula
Suahasil menambahkan pertumbuhan di kisaran 5,0 persen dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya ialah konsumsi pemerintah yang menurun sebanyak 3 persen. Penurunan konsumsi disebabkan adanya pemangkasan anggaran.
Selain itu, investasi masih belum tumbuh sesuai harapan. Permintaan domestik masih lemah. Pertumbuhan ekspor dan impor pun masih berada di teritori negatif
GHOIDA RAHMAH