TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyoroti porsi penyaluran kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang masih kecil atau belum tumbuh signifikan. Kepala Departemen Regional I BI Dian Ediana Rae mengungkapkan saat ini porsi penyaluran kredit UMKM baru mencapai 19,7 persen dari total penyaluran kredit perbankan Indonesia.
"Di negara lain itu sudah 35 persen. Bahkan, Korea Selatan sudah 40 persen," ujar Dian, di Kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Kamis, 15 September 2016.
Dian berujar BI berfokus mengupayakan peningkatan penyaluran kredit untuk UMKM. Pertama dengan memberikan pelatihan perencanaan, pengelolaan, dan pelaporan keuangan UMKM. Kedua, terkait dengan pengembangan produk UMKM tersebut agar tercipta produk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. "Ini untuk membantu meningkatkan kualitas UMKM dan mengembangkannya dengan sistematis," katanya.
Dian memahami risiko kredit macet untuk sektor UMKM. Angka rasio kredit macet (NPL) sektor UMKM memang cenderung lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya.
Baca Juga: BI: Berikut Rincian 11 Pecahan Uang Baru
Hal ini kata Dian disebabkan adanya upaya-upaya untuk terus meningkatkan ekspansi kredit UMKM. "Terutama dari sisi kualitas kreditnya." BI menyadari kredit sangat dibutuhkan UMKM untuk membuka keran akses permodalan.
Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI, Yunita Resmi Sari mengatakan peningkatan akses permodalan.Antara lain dapat dilakukan dengan menyediakan skema pembiayaan khusus UMKM yang terintegrasi dengan aktivitas peningkatan kapasitas (capacity building), serta pemberdayaan kelompok (social capital).
Untuk mempermudah kegiatan usaha, salah satu yang dapat dilakukan dari sisi regulator adalah mempermudah perizinan dan memberikan insentif pajak. Sementara perbaikan infrastruktur antara lain dapat dilakukan dengan membangun database UMKM untuk mengatasi kesenjangan informasi.
Simak: Buntut Bahan Kedaluwarsa, Kantor Pizza Hut Didemo Massa
"Dengan kerja sama semua pihak, UMKM diharapkan semakin memiliki daya saing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkualitas," ujar Yunita.
GHOIDA RAHMAH