TEMPO.CO, Karawang - PT Yangtze Optical Fibre Indonesia (YOFI) yang merupakan perusahaan gabungan antara perusahaan asal Cina dan perusahaan asal Indonesia mendirikan pabrik serat optik Kawasan industri Suryacipta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Yangtze Optical Fibre and Cable (YOFC) dan PT Monas Permata Persada (MPP) menginvestasikan tak kurang dari US$ 30 juta atau sekitar Rp 393 miliar untuk membangun pabrik tersebut dengan komposisi kepemilikan saham masing-masing 70 persen dan 30 persen.
Presiden Direktur PT YOFI, Chen Huixiong, menyatakan pabrik tersebut siap menyediakan kebutuhan serat optik nasional. Saat ini kapasitas produksi pabrik sebesar 3 juta kilometer serat optik dan akan terus ditingkatkan di masa mendatang. "Pabrik ini menjadi produsen serat optik yang pertama di Indonesia bahkan ASEAN, kami siap pasarkan hingga ASEAN," ujar Chen di sela-sela acara pembukaan pabrik PT YOFI di Karawang, Kamis, 8 September 2016.
Dengan komitmen menggenjot kapasitas produksinya tiap tahun, YOFI menargetkan bisa menjadi perusahaan pabrik serat optik terbesar di kawasan ASEAN. Tahun depan, perusahaan menargetkan kenaikan produksi menjadi 6 juta kilometer serat optik. “Setelah produksi mencapai 12 juta kilometer, kami baru akan pasarkan ke 10 negara ASEAN," ujar Santoso, Presiden Direktur PT MPP.
Santoso juga berharap pemerintah segera mewajibkan standar nasional Indonesia (SNI) untuk serat optik. "Supaya menghindari impor kabel," tuturnya. "Meningkatnya infrastruktur telekomunikasi di Indonesia perlu disokong berbagai produk dalam negeri," katanya.
CEO Telkom Akses, M. Warif Maulidy mengatakan, beroperasinya YOFI bisa mendukung program pembangunan akses internet berkecapatan tinggi dengan nama rencana pita lebar Indonesia. "Jumlah hot spot di Indonesia ada 70 juta. Karena pada 2020 seluruh wilayah harus terhubung broadband, kita membutuhkan 70 juta kilo meter serat optik," ujar Warif.
Rencana Pita Lebar Indonesia adalah program pemerintah untuk menghubungkan seluruh wilayah dengan jaringan internet. Program itu digadang-gadang dapat mengikis kesenjangan antar wilayah. Menurut Warif, dalam Peraturan Presiden Nomor 96 tahun 2014, pemerintah menargetkan seluruh wilayah di Indonesia dapat terhubung internet pada tahun 2020. "Kami (Telkom) punya tanggung jawab mengkoneksi broadband," tuturnya.
Tan Shufu, Konsul Ekonomi dan Perdagangan dari Perwakilan Cina untuk ASEAN mengatakan program Pita Lebar Indonesia itu mampu meningkatkan pertumbuhan dan permintaan pasar serat optik. "Hadirnya pabrik ini bisa penuhi kebutuhan pasar.”
HISYAM LUTHFIANA