TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan kembali meluncurkan surat berharga negara untuk investor individu. SB jenis retail bernama Obligasi Retail Indonesia (ORI) ini akan ditawarkan pada akhir September mendatang.
"Untuk ORI ini, kami menargetkan (penerbitan) sekitar Rp 20 triliun. Masa penawaran ORI pada 29 September-20 Oktober 2016," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan dalam konferensi persnya di Gedung Frans Seda Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin, 5 September 2016.
Hingga kini, menurut Robert, pemerintah telah menerbitkan tiga jenis SBN yang ditujukan bagi investor individu, yakni sukuk retail, sukuk tabungan, dan saving bond retail. "Kami ingin melibatkan kelompok-kelompok yang berbeda dalam pembiayaan APBN. Kami edukasi sambil mereka berkontribusi," tuturnya.
Selama ini, SBN yang ditujukan bagi investor individu memang masih tergolong mahal. Menurut Robert, hal itu karena pemerintah mesti berkompetisi dengan tingkat bunga deposito. "Tapi ke depan, kami akan lebih pragmatis. Kami akan evaluasi satu per satu, tapi kami tidak akan meninggalkan retail."
Baca Juga: Sukuk Tabungan Laris Diborong 11.338 Investor Individu
Tahun depan, kata Robert, tingkat bunga deposito diharapkan turun, sehingga cost of fund dari pemerintah juga turun. "Kalau tingkat bunga turun, kami punya opsi untuk menerbitkan yang lebih rendah yield-nya. Kalau tingkat bunga turun, financing lebih murah, bunga kredit turun, dan investasi murah."
Sebelumnya, Kementerian Keuangan meluncurkan sukuk tabungan dengan seri SR-001. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, penerbitan sukuk ini merupakan bukti bahwa pemerintah serius, tidak hanya dalam mengembangkan instrumen pembiayaan, tapi juga mendukung pasar keuangan syariah.
"Dalam delapan tahun terakhir, total penerbitan sukuk negara mencapai Rp 538,9 triliun. Porsi sukuk terhadap total surat berharga negara sebesar 14,87 persen. Itu masih terlalu kecil. Saya berharap ini terus berkembang selanjutnya," ujar Sri di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 19 Agustus 2016.
Simak: Pidato G-20, Presiden Jokowi Singgung Ekonomi Inklusif Lagi
Pada 2015, menurut Sri, aset industri keuangan syariah global mencapai US$ 1,8 triliun. Perbankan syariah dan sukuk, ucap dia, merupakan kontributor terbesar aset industri keuangan syariah global tersebut. "Ini potensi bagi negara dengan penduduk Islam terbesar," katanya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI|ANGELINA ANJAR SAWITRI