TEMPO.CO, Jakarta - Pada perdagangan akhir pekan ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG di Bursa Efek Indonesia diperkirakan berfluktuatif dalam rentang terbatas. Indeks saham berpeluang rebound terbatas.
Analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, peluang kenaikan itu menyusul redanya kekhawatiran pasar akan kenaikan bunga di Amerika Serikat pada September ini.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 5310 dan resisten di 5370 berpeluang rebound terbatas," kata David Sutyanto dalam pesan tertulisnya, Jumat, 2 September 2016.
Pada perdagangan kemarin,tekanan jual kembali mendominasi perdagangan saham. IHSG ditutup terkoreksi 51,53 poin (0,96 persen) di 5334,54. Tekanan jual terutama dipicu penjualan bersih asing hingga mencapai Rp 354,69 miliar. Terutama melanda saham sektor infrastruktur seperti saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Menurut David, minimnya insentif positif dan meningkatnya risiko pasar kawasan emerging market telah menyurutkan minat belanja pemodal. Sebaliknya pemodal mulai mengalihkan sebagian dananya ke aset yang lebih aman (safe haven).
Nilai transaksi di pasar reguler kemarin menyusut hanya mencapai Rp 4,3 triliun jauh di bawah rata-rata harian sepanjang Agustus lalu yang mencapai Rp 5,9 triliun. Selama empat hari perdagangan pekan ini secara akumulasi penjualan bersih asing telah mencapai Rp 2 triliun.
Dari eksternal sentimen negatif terimbas kekhawatiran rencana kenaikan tingkat bunga Fed Fund Rate (FFR) pada pertemuan FOMC September ini. Pasar saat ini menghadapi meningkatnya risiko capital outflow menyusul kekhawatiran kenaikan bunga di AS.
Sementara Wall Street tadi malam ditutup flat di tengah penantian pasar atas data tenaga kerja AS yang akan rilis akhir pekan ini. Tadi malam pasar digerakkan dengan data aktivitas manufaktur di AS yang mengalami penurunan diluar perkiraan sebelumnya. Indeks ISM Manufacturing PMI Agustus di AS turun hingga 49,4 di bawah perkiraan 52 dan bulan sebelumnya 52,6. "Ini mengindikasikan terjadinya kontraksi di sektor manufatur AS untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir," tutur David.
Data yang kurang menggembirakan ini meredakan kekhawatiran kenaikan bunga di September ini. Indeks DJIA tadi malam tutup di 18419,30 naik tipis 0,10 persen dan indeks S&P tutup flat di 2170,86. Adapun untuk harga minyak mentah tadi malam di AS kembali drop hingga US$ 43,16 per barel atau koreksi 3,4 per barel.
DESTRIANITA