TEMPO.CO, Jakarta - Kendati nilai tukar petani nasional pada Agustus 2016 mengalami kenaikan 0,17 persen dibanding bulan sebelumnya, nilai tukar petani pangan masih tergerus akibat panen raya komoditas jagung dan ubi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kenaikan nilai tukar petani (NTP) disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani naik 0,30 persen, lebih besar daripada kenaikan harga yang dibayar petani sebesar 0,13 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan meningkatnya NTP nasional didorong oleh inflasi yang semakin terkendali. Namun nilai tukar petani pangan menurun 0,08 persen.
Penurunan itu disebabkan oleh panen raya jagung di berbagai wilayah yang menyebabkan harga jagung turun. Hal itu juga terjadi pada komoditas ubi.
"Ubi rambat dan ubi kayu juga mengalami penurunan, tapi harga gabah masih naik," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 1 September 2016.
Selain nilai tukar petani pangan, nilai tukar petani hortikultura menurun 0,27 persen. Penurunan terjadi pada komoditas buah-buahan dan tanaman obat.
Sementara itu, nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan 0,07 persen dan peternakan naik 0,97 persen. Kenaikan nilai tukar petani sektor peternakan disebabkan oleh momen Idul Adha pada pertengahan September 2016.
"Sedangkan peternakan, beberapa hari lagi Idul Adha, sehingga harga sapi dan kambing naik. Kenaikan harga harga menyebabkan nilai tukar meningkat," ucapnya.
BPS juga mengumumkan harga gabah kering panen di tingkat petani sebesar Rp 4.480 per kilogram atau mengalami kenaikan 2,38 persen setelah sebelumnya mengalami penurunan 2,79 persen. Harga beras medium di penggilingan senilai Rp 8.901 per kilogram atau turun 0,35 persen dibanding bulan sebelumnya.
Kendati NTP tanaman pangan mengalami kontraksi 0,08 persen, indeks harga yang diterima petani pada komoditas padi mengalami kenaikan 0,35 persen. Sasmito menuturkan, harga beras masih relatif stabil meskipun mengalami naik-turun yang tipis.
"Pasar beras relatif stabil. Tampaknya tidak ada moral hazard pada Agustus. Harganya relatif stabil, naik-turun wajar-wajar saja dalam rentang yang tipis," ucapnya.