TEMPO.CO, Jakarta - Sudah saatnya pemerintah mengupayakan pembangkit listrik dari gelombang laut. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar karena memiliki pantai yang panjangnya lebih dari 99 ribu kilometer. "Untuk 1 kilometer panjang pantai saja bisa dimanfaatkan menghasilkan energi listrik 2,5 MW-10 MW,” kata Zamrisyaf, pemegang paten Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem Bandulan (PLTGL-SB), Rabu, 31 Agustus 2016.
Zamrisyaf mengatakan, dengan memanfaatkan potensi gelombang laut, selain efisien, mudah, dan ramah lingkungan, pemerintah dengan gampang bisa mendapatkan listrik jauh di atas target 35 ribu MW yang ingin dikejar. "Bayangkan saja, jika 10 persen dari panjang pantai Indonesia bisa dimanfaatkan gelombang laut, diperkirakan bisa menghasilkan energi listrik hingga 61 ribu MW," katanya.
Angka tersebut jelas jauh lebih besar daripada target penyediaan energi listrik 35 ribu MW yang dipatok pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik jangka panjang dalam negeri.
Pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 19 September 1958, itu sejak tahun 2000 berkutat mewujudkan idenya soal pembangkit listrik gelombang laut.
Dengan memanfaatkan metode bandul yang sudah diujicobakan berkali-kali, Zamrisyaf berhasil memastikan tenaga listrik bisa dihasilkan dari gelombang laut. “Saya kira sudah berhasil, tinggal penyempurnaan. Untuk tahap pertama, saya buat sederhana dengan kapasitas 50 KW,” katanya.
Metode bandul yang dikembangkan Zamrisyaf mengacu pada cara kerja kincir air di desa-desa zaman dahulu. Bandul diletakkan di atas ponton yang diletakkan di perairan laut untuk menghasilkan goyangan akibat gelombang laut, sehingga bandul bergerak.
Gerakan teratur bandul akan menghasilkan energi dari dinamo yang dipasangkan di bandul, kemudian energi disimpan di gardu untuk disalurkan ke rumah-rumah penduduk.
Menurut Zamrisyaf, metode yang dia temukan bisa dikembangkan pemerintah untuk dibuat secara massal agar mampu memenuhi kebutuhan listrik dalam negeri.