TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyepakati kerja sama pengolahan minyak mentah dengan Shell International Eastern Trading Company (Sietco). Kemitraan ini bakal memangkas impor Premium Pertamina sebanyak enam juta barel sampai akhir tahun mendatang.
"Pada masa lalu, kami selalu mendapat tekanan impor produk yang besar. Ini langkah mengurangi impor langsung," ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di kantor pusat Pertamina, Rabu, 31 Agustus 2016.
Kongsi Pertamina dengan Sietco sebenarnya sudah diteken sejak Juni lalu. Hari ini kedua perusahaan menyepakati penambahan klausul berupa kerja sama pengolahan Pertamax dan avtur. Kerja sama tersebut, menurut Dwi, bisa diperpanjang jika prospek tahun depan menguntungkan.
Sietco bakal mengolah minyak mentah Pertamina sebanyak sejuta barel per bulan. Minyak berasal dari lapangan West Qurna I yang sebagian sahamnya dimiliki Pertamina. Minyak itu berjenis Basrah Crude.
Sietco sudah melakukan pengiriman Premium sejak Juli dan Agustus lalu, masing-masing sejuta barel. Vice Presiden Integrated Supply Chain Pertamina Daniel Purba menuturkan pengolahan Pertamax dan avtur bakal dimulai pada Oktober mendatang.
Usulan pengolahan Pertamax disebabkan oleh konsumsi bahan bakar minyak jenis ini meningkat sejak awal Juli lalu. Kebutuhannya diketahui sebanyak tiga juta barel per bulan. Dari angka itu, sebanyak 1,25 juta barel dipenuhi dari impor. Daniel belum menghitung rencana pengolahan Pertamax dan avtur pada Oktober nanti.
Daniel mengatakan kerja sama pengolahan minyak bisa menghasilkan efisiensi sebanyak 15 persen dibanding membeli produk langsung dari pasar spot. "Biaya pembeliannya jadi lebih murah."
Pertamina juga berencana mengolah minyak hasil produksi lapangan migas di Malaysia dan Aljazair. Jumlahnya masing-masing sekitar 900 ribu barel dan 300 ribu barel per bulan. Pertamina sebelumnya hanya menjual produksi migas ini di pasar ekspor.
Presiden Direktur Shell Indonesia Darwin Silalahi menyatakan kemitraan ini berawal dari seleksi yang dilakukan Pertamina sejak Januari lalu. "Kami berusaha melihat ruang untuk bisa bekerja sama yang saling menguntungkan dengan Pertamina," ujar Darwin.
ROBBY IRFANY