TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memprediksi, nilai tukar rupiah secara keseluruhan tahun ini lebih kuat dibanding asumsi nilai tukar rupiah dalam anggaran pendapatan belanja negara perubahan 2016. Sebelumnya, BI memperkirakan nilai tukar pada 2016 berada di kisaran Rp 13.500-13.800.
"Rata-rata nilai tukar pada 2016 secara keseluruhan berpotensi lebih kuat dari kisaran semula, Rp 13.500-13.800, sejalan dengan kondisi fundamental makroekonomi yang menguat. Saat ini nilai tukar rupiah rata-rata secara year to date berada di angka Rp 13.388," ujar Agus di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2016.
Agus berujar, nilai tukar rupiah hingga Agustus relatif stabil dan mengalami apresiatif terhadap dolar Amerika Serikat 3,9 persen (year to date), yakni mencapai level Rp 13.265 pada 29 Agustus. "Dari sisi domestik, penguatan rupiah didukung persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik, di samping implementasi UU Tax Amnesty," katanya.
Baca Juga: Subsidi Rumah dari Pemerintah: Bunga 5 Persen, Flat 20 Tahun
Dari sisi eksternal, menurut Agus, penguatan rupiah didukung meredanya risiko di pasar keuangan global dengan terbatasnya dampak Brexit (Britain Exit) dan kenaikan Fed Fund Rate oleh The Fed. "Apresiasi nilai tukar rupiah juga sejalan dengan aliran masuk modal portofolio, yang sampai pertengahan Agustus lebih tinggi dibanding 2015."
Dari sisi neraca pembayaran, kata Agus, defisit transaksi berjalan pada triwulan II mengalami perbaikan, yakni mencapai 2 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Ini lebih rendah dibanding defisit transaksi berjalan 2,2 persen dari PDB pada triwulan I. Di sisi lain, neraca perdagangan pada Juli juga surplus," kata Agus, menjelaskan.
Simak: Tax Amnesty Seret, Dirjen Pajak: Ada Tunggakan Pajak Rp 57 T
Selain itu, Agus berujar, transaksi modal finansial pada triwulan II meningkat dan mencapai US$ 7,4 miliar. Hal itu didukung persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global. "Dengan perkembangan itu, kinerja neraca pembayaran 2016 diperkirakan semakin baik."
ANGELINA ANJAR SAWITRI