TEMPO.CO, Semarang - Petani dan pedagang cabai di Jawa Tengah meneken nota kesepahaman untuk menstabilkan harga cabai. Fluktuasi harga cabai acap kali mendongkrak inflasi di Jawa Tengah. Nota kesepahaman ini difasilitasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah.
“Cabai selama ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi di Jawa Tengah karena sering langka dan harganya mahal,” ujar Wakil Ketua TPID Provinsi Jawa Tengah Iskandar Simorangkir saat acara High Level Meeting TPID, Senin malam, 29 Agustus 2016.
Nota kesepahaman itu diteken Gabungan Kelompok Tani Cabai Tri Manungal Kabupaten Magelang dan Budi Lestari asal Kabupaten Temanggung dengan pedagang cabai di Pasar Johar Kota Semarang.
“Kerja sama antara petani dan pedagang itu diharapkan mampu mengimbangi ketersediaan dan upaya saling menguntungkan,” kata Iskandar, yang juga Direktur Eksekutif Bank Indonesia.
Baca: Pangan dan Rokok Penyumbang Inflasi di Jateng
Iskandar tak menjelaskan detail isi kesepakatan kerja sama itu, tapi dia menegaskan kerja sama ini merupakan upaya saling mendukung antara produsen dan pasar. Kerja sama petani dan pedagang cabai itu sesuai dengan program Tim Pengendali, yang meliputi pemenuhan ketersediaan pasokan, pemenuhan harga yang terjangkau, pendistribusian pasokan aman dan lancar, perluasan akses informasi, dan penerapan protokol.
Suyadi, pedagang cabai di Pasar Johar Semarang, siap bergandengan dengan petani, karena selama ini sering terjadi krisis cabai. Menurut dia, harga cabai melonjak karena minimnya pasokan. “Sampai mencari ke Jawa Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Bali,” ujarnya.
Suyadi adalah pedagang grosir yang menjual komoditas langsung ke pengecer dan pedagang, yang kemudian menjual lagi ke masyarakat. “Rata-rata memerlukan uang tunai sehari Rp 50 juta untuk belanja cabai ke petani,” katanya.
Anggaran belanjanya bisa membengkak karena pasokan cabai dari petani Jawa Tengah rendah, sehingga dia harus membeli cabai dari luar Jawa Tengah dengan harga lebih tinggi. Suyadi mengaku tak ada keinginan memanfaatkan kelangkaan cabai untuk mereguk keuntungan. Menurut dia, keuntungan dari beragam jenis cabai yang dia jual hanya antara Rp 500 hingga Rp 1.000 per kilogram. “Saya berharap nota kesepahaman ini mampu menstabilkan pasokan, karena hubungan petani dengan pedagang jelas,” katanya.
EDI FAISOL