TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore, 30 Agustus 201, bergerak melemah 14 poin menjadi Rp 13.274 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 13.260 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (30 Agustus 2016) mengatakan bahwa pasca pidato Janet Yellen dalam simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming yang cenderung "hawkish" unutk meenaikan tingkat suku bunga AS menyebabkan dolar AS kembali menguat terhadap mata uang domestik.
"Keadaan tersebut masih membebani laju mata uang rupiah di pasar valas domestik," katanya.
Menurut dia, posisi rupiah terancam kembali berada di level Rp13.300 per dolar AS akibat sentimen dari global itu. Diharapkan, sentimen dari dalam negeri mengenai amnesti pajak, serta paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan menjaga fluktuasi mata uang rupiah agar tidak tertekan lebihb dalam.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan dolar AS relatif terbatas menyusul akan dirilisnya data ketenagakerjaan non-pertanian Amerika Serikat pada akhir pekan ini.
"Sebagian pelaku pasar masih wait and see. Namun, jika data kerja AS itu meningkat, maka akan memperkuat pesan hawkish petinggi bank sentral AS untuk menaikan suku bunga acuannya yang akhirnya dapat mendorong dolar AS kembali menguat," katanya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat kurs tengah pada Selasa bergerak menguat menjadi Rp13.260 dibandingkan hari sebelumnya (29 Agustus 2016) senilai Rp13.275.
ANTARA