TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia sudah mulai menyiapkan materi dan bahan untuk disampaikan dalam konferensi tingkat tinggi G20 di Cina nanti, 4-5 September 2016. Namun, ia memperkirakan bakal tidak ada perubahan besar dari pertemuan 20 negara tersebut.
"G20 tidak selalu berujung kepada keputusan baru. Kadang hanya selangkah demi selangkah. Jangan diharapkan akan ada perubahan besar di G20 nanti," kata Darmin di kompleks Istana Kepresidenan, Senin, 29 September 2016.
Salah satu hal yang diperkirakan Darmin tidak akan berujung pada perubahan besar di G20 adalah soal perlambatan perdagangan global. Sebabnya, hampir semua negara peserta G20 sekarang masih mencoba mencari jalan keluar atas hal tersebut. Dan, dari semua yang mencari solusi, belum ada satu negara pun yang mendapatkan solusi pasti atas perlambatan ekonomi global ini.
Apabila mengacu pada rilis World Bank pada tahun 2016, Global Trade Growth atau pertumbuhan perdagangan global kembali mengalamai perlambatan. Dari angka sebelumnya yaitu 2,9 persen, turun menjadi 2,4 persen.
Baca: KTT G20, 225 Pabrik di Cina Ditutup Sementara
Perlambatan itu dipengaruhi berbagai faktor. Beberapa di antaranya adalah rendahnya harga komoditas, perdangan global yang melemah, aliran modal yang rendah, dan masih banyak lagi. Padahal, pertumbuhan perdagangan global yang baik menjadi kunci pengentasan kemiskinan.
"Sebenarnya kita itu kondisnya masih lumayan lho di tengah perlambatan perdagangan global. Tapi, apakah situasi kita itu applicable untuk negara lain? ya belum tentu," ujar Darmin.
Meski memasang ekspektasi rendah akan perubahan besar di G20, Darmin menyakinkan bahwa berbagai persiapan telah dilakukan Indonesia untuk perhalatan ekonomi itu. "Tadi kami sudah membahas dengan presiden perihal hal-hal yang harus dipersiapkan mulai dari pidato, poin-poin intervensi di tiap sesi penting, dan sebagainya. Saya gak bisa sebutkan apa saja," ujarnya.
ISTMAN MP