TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyatakan belum puas terhadap 13 paket kebijakan ekonomi. Menurut dia, masih ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ia mengatakan ada dua hal penting yang mesti menjadi perhatian pelaku usaha dan pemerintah, yaitu kompetisi dan keterbukaan.
"Setelah dipelajari, orang-orang kita kalau dikasih kompetitor baru bisa gerak," kata Presiden dalam acara “Silaturahmi dan Dialog Nasional Ikatan Senior Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (ISHI)” di Hotel Raffles, Jakarta, Jumat, 26 Agustus 2016.
Menurut Jokowi, kompetisi diperlukan dalam dunia usaha. Ia mencontohkan bagaimana sejumlah bank milik negara makin memperbaiki diri begitu ada kompetitor dari bank swasta. "Pom bensin Pertamina tahun 1970 masih kumuh. Begitu kompetisi, jadi bagus. Psikologis masyarakat kita begitu," ucapnya.
Ke depan, agar bisa bersaing dengan negara lain, Presiden meminta pengusaha nasional memainkan peran utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai langkah nyata, proyek-proyek infrastruktur yang dikerjakan badan usaha milik negara diharapkan merangkul pelaku usaha lokal. Tujuannya membuka lapangan pekerjaan.
Di sisi lain, ujar Jokowi, pemerintah terus berusaha membuat iklim dunia usaha mendukung para investor. Salah satu yang dilakukan ialah memperbaiki dan memotong perizinan. Jokowi menegaskan, bila tidak ada perubahan, Indonesia akan makin tertinggal dari negara tetangga.
Ketua Umum ISHI Oesman Sapta mengapresiasi program kerja yang sudah dilakukan pemerintahan Jokowi. Kendati demikian, sektor manufaktur belum memberikan kontribusi yang besar. Oesman ingin pemerintah fokus mengembangkan manufaktur.
Menurut dia, ada empat sektor yang bisa dikembangkan, seperti pertanian atau pangan, maritim, pariwisata, dan industri kreatif. "Tidak semua sektor bisa diambil alih pemerintah," ucap Oesman.
ADITYA BUDIMAN