TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak diprediksi tertekan seiring dengan maraknya aksi jual akibat kesepakatan pembekuan produksi OPEC menemui jalan buntu. Di sisi lain, stok mingguan minyak Amerika Serikat bakal bertambah, sehingga semakin menyesakkan pasar yang mengalami surplus suplai.
Pada perdagangan Rabu (24 Agustus 2016) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Oktober 2016 turun 0,78 poin atau 1,62% menjadi US$47,32 barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Oktober 2016 merosot 61 poin atau 1,22% menjadi US$49,35 per barel.
Jameel Ahmad, Vice President Market Research FXTM, mengungkapkan harga minyak meningkat tajam akibat sentimen spekulasi pembatasan produksi OPEC melalui rapat informal dalam acara International Energy Forum di Aljazair pada 26-28 September 2016. Namun, pemotongan level produksi tidak mudah disepakati oleh seluruh anggota komite OPEC.
Sebelumnya, kesepakatan pembatasan produksi antara OPEC dan non-OPEC sudah dimulai pada Februari 2016, tetapi menemui jalan buntu. Diskusi berlangsung pada April 2016 yang akhirnya kembali gagal menemui kesepakatan.
"Pertama, sepertinya khalayak belum paham benar dengan apa yang dimaksud dengan rapat informal. Kedua, kita telah berulang kali mendengar tentang kemungkinan kesepakatan level produksi dan wacana ini tidak pernah terwujudkan di berbagai kesempatan," paparnya dalam publikasi riset, Rabu (24 Agustus 2016).
Oleh karena itu, ketidakpercayaan pasar memicu sejumlah aksi jual sehingga harga WTI tergelincir dari US$49 per barel menuju US$47 per barel.