TEMPO.CO, Surabaya – Kegiatan ekspor dan impor komoditas di Jawa Timur mengalami penurunan selama Juli 2016. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, nilai ekspor pada Juli 2016 tercatat sebesar US$ 1.082 juta atau turun 40,06 persen dibandingkan pada Juni 2016 sebesar US$ 1.805 juta. Begitu pula dengan impor yang turun 21,3 persen atau senilai US$ 1.238 juta dibanding sebulan sebelumnya, yakni US$ 1.573 juta.
Kepala BPS Jawa Timur Teguh Pramono mengatakan semua komoditas ekspor Jawa Timur jatuh. “Kecuali bahan-bahan kimia organik yang naik 4,23 persen alias sebesar US$ 71,51 juta,” katanya saat jumpa pers di kantornya, Senin, 15 Agustus 2016. Pada Juni 2016, komoditas tersebut meraup US$ 68,60 juta.
Meski mengalami penurunan, Jawa Timur masih menjadi provinsi yang ekspor non-migasnya didominasi oleh perhiasan/permata senilai US$ 197,67 juta. Pada Juni nilainya sebesar US$ 437,55 atau turun 54,83 persen. Swiss menjadi negara tujuan ekspor perhiasan utama, disusul Jepang dan Amerika Serikat.
Sedangkan alas kaki buatan perajin dan perusahaan di Jawa Timur masih digemari pasar Amerika Serikat. Ekspor senilai US$ 2,84 juta dikirim ke Amerika selama Juli 2016, disusul Jepang US$ 1,85 juta, dan Cina US$ 1,75 juta.
Di sisi lain, impor Jawa Timur masih didominasi mesin-mesin dan peralatan mekanik sebagai barang modal, yakni sebesar US$ 102,23 juta. “Impor tertinggi mesin-mesin alat berat dari Cina senilai US$ 2,26 miliar,” ujar Teguh. Lalu, diikuti besi dan baja sebesar US$ 84,36 juta, plastik dan barang dari plastik US$ 75,12 juta, ampas atau sisa industri makanan sebesar US$ 61,89 juta, dan pupuk sebesar US$ 48,88 juta.
Teguh menambahkan, tren penurunan ekspor-impor memang biasa terjadi selama libur Hari Raya Idul Fitri, bahkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. “Jumlah hari kerja berbagai perusahaan di Jawa Timur banyak berkurang,” ujarnya. Sehingga, menjelang Lebaran dan sesudahnya, para pekerja banyak mengambil jatah libur.
Secara kumulatif, nilai ekspor pada periode Januari-Juli 2016 tercatat US$ 11,267 miliar atau naik 8,82 persen dibanding periode yang sama pada 2015 sebesar US$ 10,354 miliar. Sedangkan nilai impor pada periode yang sama tercatat US$ 10.113,41 juta atau turun 12,46 persen dibanding tahun 2015 yang mencapai US$ 11.552,99 juta.
ARTIKA RACHMI FARMITA