TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara berharap, perekonomian Cina bisa membaik dalam waktu dekat. Pasalnya, perbaikan kondisi ekonomi Negara Tirai Bambu itu bakal memicu kenaikan harga komoditas dunia.
Mirza menuturkan Cina selama ini dikenal sebagai pembeli terbesar komoditas dunia. "Ekonomi Cina mudah-mudahan bisa membaik. Perbaikannya enggak signifikan," ucapnya di Hotel Millenium, Jakarta, Senin, 15 Agustus 2016.
Pernyataan ini merespons perbaikan harga komoditas yang menyebabkan neraca perdagangan Juli 2016 surplus US$ 598,3 juta. Badan Pusat Statistik sebelumnya melaporkan neraca perdagangan yang surplus tersebut. "Harga komoditas di kuartal 1 sudah meningkat, kuartal 2 agak sedikit menurun, year to date harga komoditas sudah naik," ujar Mirza.
Realisasi ini lebih rendah dibanding pencapaian surplus pada Juni lalu sebesar US$ 900,2 juta. Sedangkan secara kumulatif, sepanjang 7 bulan pertama tahun ini, neraca perdagangan masih surplus US$ 4,17 miliar.
Sementara itu, neraca transaksi berjalan, kata Mirza, masih berada di posisi yang cukup sehat, yaitu 2,2-2,3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini masih terjaga di bawah batas aman, yaitu 3 persen dari PDB. "Neraca pembayarannya bisa kembali surplus pada 2016. Ini sesuatu yang baik," ujarnya.
Selain berpengaruh terhadap harga komoditas, menurut Mirza, perekonomian Cina akan berpengaruh terhadap kebijakan nilai tukar atau kurs. Sentimen lain yang berpengaruh ialah dari suku bunga acuan Amerika Serikat (fed funds rate) hingga akhir tahun yang diprediksi akan stabil. " Fed funds rate tampaknya sampai akhir tahun belum akan naik."
GHOIDA RAHMAH