TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2016 mencapai 5,18 persen (year on year) atau 4,02 persen (quartal to quartal). Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 2.353,2 triliun dan PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 3.086,6 triliun.
Kepala BPS Suryamin mengatakan angka pertumbuhan ekonomi itu lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang mencapai 4,91 persen dan triwulan II 2015 yang mencapai 4,66 persen. Menurut dia, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi pada semester I tahun ini dibanding semester I tahun lalu tumbuh 5,04 persen.
"Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II juga mulai naik dibanding triwulan II pada tahun-tahun sebelumnya. Secara quartal to quartal, pertumbuhan tersebut lebih baik dibanding triwulan II 2015 dan triwulan II 2014," kata Suryamin dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Jumat, 5 Agustus 2016.
Menurut data BPS, secara quartal to quartal, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, yakni 11,9 persen. Menurut Suryamin, hal itu dipengaruhi bergesernya masa panen sehingga pertumbuhan di sektor itu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I.
Pertumbuhan tertinggi juga terjadi di sektor jasa pendidikan, 6,36 persen. Setelah itu, peringkat ketiga diisi sektor perdagangan serta reparasi mobil dan sepeda motor, yakni 3,84 persen. "Puasa dan Lebaran kemarin mendorong sektor-sektor industri, terutama perdagangan, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," tutur Suryamin.
Secara year on year, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 13,51 persen, informasi dan komunikasi 8,47 persen, serta jasa lainnya 7,88 persen. "Sektor jasa keuangan meningkat pendapatannya dari valas dan sekuritas," ujar Suryamin. Dia menambahkan, "Hanya sektor pertambangan yang turun, yakni 0,72 persen."
ANGELINA ANJAR SAWITRI