TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak berakhir naik tajam pada Kamis atau Jumat pagi WIB, 5 Agustus 2016, karena para pedagang berpikir pasar bearish tak akan bertahan selamanya.
Seperti dilansir Xinhua, atokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman September naik 1,10 dolar Amerika menjadi menetap di US$ 41,93 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober, patokan global, bertambah 1,19 dolar Amerika menjadi ditutup pada US$ 44,29 per barel di London ICE Futures Exchange.
Kontrak minyak berjangka bangkit setelah tenggelam lebih dari 20 persen pada Juni karena kelebihan produksi dan stok besar minyak mentah.
Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya, Rabu, 10 Agustus 2016, produksi minyak mentah Amerika turun 55 ribu barel per hari menjadi 8,46 juta per hari dalam pekan yang berakhir 29 Juli.
Namun stok minyak mentah Amerika naik 0,3 persen dan 14,8 persen di atas titik yang sama tahun lalu pada 522,5 juta barel.
Sementara persediaan bensin turun 1,4 persen menjadi 238,2 juta barel, meskipun masih hampir 10 persen lebih besar dibanding tahun lalu.
Menurut Andy Lipow dari Lipow Oil Associates, data mingguan yang dirilis Departemen Energi Amerika membantu mendorong beberapa harga minyak lebih tinggi.
Institute of International Finance (IIF) percaya bahwa pasar minyak bergerak perlahan ke arah keseimbangan melalui peningkatan moderat dalam pasokan global dan peningkatan yang stabil dalam permintaan.
IIF memperkirakan harga minyak akan berada di antara US$ 40 per barel hingga US$ 50 per barel hingga akhir 2017.
ANTARA