TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2016. BPS mencatat, pada periode tersebut, ekonomi tumbuh 5,18 persen (year on year) atau 4,02 persen (quartal to quartal).
Pertumbuhan ekonomi ini di antaranya terimbas oleh meningkatnya harga komoditas non migas di pasar internasional pada kuartal II ini. "Khususnya kopi, kedelai, dan minyak," ujar Suryamin dalam konferensi persnya di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Jumat, 5 Agustus 2016.
Hal ini tak lepas dari kenaikan rata-rata harga minyak mentah dari US$ 30,2 per barel menjadi US$ 42,13 per barel atau naik 39,49 persen (qtq). "Inflasi pun dapat dikendalikan, yakni sebesar 0,44 persen (qtq)," kata Suryamin.
Selain itu, kata Suryamin, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate dari 6,75 persen pada Maret lalu menjadi 6,5 persen pada Juni kemarin. "Ini berdampak terhadap kegiatan usaha. Jika bunga turun, uang di bank akan diambil untuk diusahakan," tuturnya.
Suryamin menambahkan, realisasi belanja pemerintah pada triwulan II mencapai Rp 474,28 triliun. Realisasi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri pada kuartal ini pun mencapai Rp 151,6 triliun, naik 3,5 persen (qtq) atau 12,3 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini juga dipengaruhi oleh adanya pergeseran panen raya tanaman pangan. "Di triwulan II, produksi tanaman pangan menggembirakan sehingga ada dampaknya," tutur Suryamin.
Selain itu, produksi mobil pada triwulan ini juga naik 10,96 persen (qtq) atau 13,36 persen (yoy), yakni mencapai 316.351 unit. Produksi semen pun mencapai 14,4 juta ton, naik 3,34 persen (qtq) atau 7,82 persen (yoy). "Ini berdampak pada industri manufaktur, konstruksi, dan lain sebagainya," kata Suryamin.
Jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia pada triwulan II mencapai 2,67 juta kunjungan. Angka tersebut naik 2,15 persen (qtq) atau 5,83 persen (yoy). "Ini berdampak ke berbagai sektor, seperti makanan, akomodasi, transportasi, dan lain sebagainya," ujar Suryamin.
Terdapat pula faktor-faktor global yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II ini karena laju pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang Indonesia membaik. "Kecuali Amerika Serikat," ujar Suryamin.
Pertumbuhan ekonomi AS tercatat melambat dari 1,6 persen menjadi 1,2 persen. Pertumbuhan ekonomi Cina juga stagnan, yakni 6,7 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi Singapura naik dari 2,1 persen menjadi 2,2 persen dan Korea Selatan naik dari 2,8 persen menjadi 3,1 persen.
ANGELINA ANJAR SAWITRI