TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan Indonesia perlu menjalankan reformasi struktural untuk terus memperbaiki pertumbuhan ekonomi. Ia berujar, ada empat fokus yang harus disorot.
"Pertama, perlu membangun kekuatan, daya tahan, serta kemandirian pangan, energi, dan air," kata Agus dalam diskusi bersama Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, dan gubernur dari seluruh Indonesia di Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, 3 Agustus 2016.
Agus mengatakan pangan sangat berpengaruh terhadap inflasi. Tanpa kemandirian pangan, inflasi berpeluang tinggi. Jika pasokan pangan berkurang, masyarakat resah. Sedangkan kemandirian energi bisa mendukung produksi dan air sebagai kebutuhan utama.
Fokus kedua ialah industrialisasi. "Selama 20 tahun, terjadi deindustrialisasi di Indonesia," kata Agus. Industri Indonesia tak lagi bersaing dengan negara lain. Tanpa industri, lapangan kerja tidak tercipta.
Fokus reformasi lainnya ialah perbaikan infrastruktur fisik dan non-fisik. Menurut Agus, infrastruktur non-fisik meliputi daya saing dan reformasi birokrasi. Sementara itu, infrastruktur fisik meliputi jalan tol hingga pelabuhan.
Upaya lainnya, kata Agus, adalah pendalaman pasar keuangan. "Agar sumber dana untuk membiayai pembangunan tersedia," tutur Agus.
Agus mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia masih belum menggembirakan, termasuk Indonesia. Harga komoditas pun masih belum bangkit. Kondisi tersebut diperkeruh dengan hasil referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.
Namun Agus mengatakan kondisi ekonomi Indonesia masih terhitung baik dibanding beberapa negara lain. Ia mengatakan inflasi dan neraca perdagangan masih terjaga. Defisit pun masih dalam rentang aman.
VINDRY FLORENTIN