TEMPO.CO, Jakarta - Aljazair berpotensi menjadi pasar ekspor non-tradisional bagi Indonesia. Demikian disampaikan Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian RI Harjanto.
"Aljazair hingga saat ini belum menjadi negara mitra dagang utama Indonesia, namun saya yakin Aljazair memiliki potensi yang cukup besar sebagai pasar non-tradisional produk ekspor Indonesia," kata Harjanto di Jakarta, Rabu, 3 Agustus 2016.
Harjanto menyampaikan, hal ini terlihat dari peningkatan komoditas ekspor Indonesia ke Aljazair pada 2015, seperti lemak dan minyak nabati, sabun, karet, olahan daging dan ikan, serta besi baja. Menurut data Kemenperin, ekspor komoditas tersebut mencapai 20,6 juta dolar AS atau meningkat 29 persen pada 2015 dibanding tahun sebelumnya.
Dalam rangka mengakselerasi minat investasi dan ekspor, menurut Harjanto, diperlukan inisiasi pengiriman misi investasi dan perdagangan dalam waktu dekat, sehingga informasi mengenai kemudahan investasi dan ekspor antarnegara dapat ditindaklanjuti dengan melibatkan kamar dagang dan industri kedua negara.
Harjanto menambahkan, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Aljazair telah terjalin lebih dari 50 tahun dan Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Aljazair pada 5 Juli 1962.
"Hubungan yang terjalin baik tersebut dilatarbelakangi beberapa kesamaan, di antaranya sama-sama memiliki penduduk mayoritas muslim dan penganut politik luar negeri yang anti kolonialisme," ujarnya. Meski demikian, dia menilai Indonesia dan Aljazair perlu menggali lebih potensi kerja sama apa saja yang bisa dibahas kedua negara.
ANTARA