TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat nilai tukar petani (NTP) nasional pada Juli 2016 menurun 0,08 persen dibandingkan bulan sebelumnya. NTP nasional pada Juni sebessr 101,47, sementara bulan ini 101,39.
"Penurunan NTP terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani," kata Kepala BPS Suryamin di kantornya, Senin, 1 Agustus 2016.
Menurut Suryamin, indeks harga yang diterima petani naik 0,48 persen. Sementara kenaikan indeks harga yang dibayar petani mencapai 0,56 persen.
Suryamin menambahkan penurunan NTP juga dipengaruhi NTP dua subsektor yang turun. Subsektor tanaman pangan menurun 0,54 persen dan tanaman perkebunan rakyat turun 0,29 persen.
Subsektor yang tercatat mengalami kenaikan NTP adalah holtikultura, peternakan, dan perikanan. Masing-masing subsektor meningkat 0,41 persen, 0,31 persen, dan 0,08 persen.
Selama Juli 2016, penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang turun hingga 1,67 persen dibandingkan 33 provinsi lain yang dipantau. Sementara kenaikan NTP tertinggi dialami Provinsi Yogyakarta hingga 0,71 persen.
Seluruh indeks kelompok penyusun konsumsi rumah tangga yang mencerminkan angka inflasi pedesaan juga tercatat naik. Terutama, kata Suryamin, indeks kelompok bahan makanan. Dampaknya, terjadi inflasi pedesaan sebesar 0,76 persen.
Inflasi pedesaan lebih tinggi dari inflasi umum yang hanya 0,69 persen. "Ini pengaruh nilai tukar petani karena kebutuhan konsumsi dari kota yang lebih mahal," kata Suryamin. Sementara Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) tercatat naik 110,02 atau 0,36 persen dibandingkan NTUP bulan sebelumnya.
VINDRY FLORENTIN