TEMPO.CO, Bali - Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat Fed Fund Rate hanya sekali tahun ini. Prakiraan ini diambil berdasarkan pernyataan Presiden The Fed New York William C. Dudley bahwa indikator kebijakan moneter Amerika Serikat mengarah pada pertahanan suku bunga di level 0,25 persen hingga akhir 2017 atau sesuai dengan kerangka jangka panjang mereka.
“Dari pandangan itu, kemungkinan kenaikan FFR sekali tahun ini,” kata Perry dalam rangkaian pertemuan gubernur bank sentral dengan The Fed di Nusa Dua, Bali, Senin, 1 Agustus 2016.
Tahun depan, Perry memprediksi The Fed bakal menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali. “Itu pun tak setinggi tahun sebelumnya.” Bank Indonesia akan terus memantau kebijakan kondisi ekonomi Amerika Serikat dan pembuat kebijakan The Fed untuk memitigasi risiko.
Presiden Federal Reserve New York William Dudley mengatakan peningkatan suku bunga acuan The Fed tak akan dilakukan dalam waktu dekat lantaran mempertimbangkan kondisi perekonomian dalam dan luar negeri.The Fed masih mempertahankan suku bunga di level 0,25 persen hingga akhir tahun 2017.
Namun, jika asumsi ekonomi Amerika Serikat sesuai ekspektasi, Dudley yakin pemerintah akan mempercepat kebijakan moneter untuk menggenjot inflasi dan jumlah lapangan kerja. “Di mata saya, ekspektasi pasar dari kenaikan harga berjangka terlalu puas.Mereka tidak mempertimbangkan kemungkinan ekonomi dapat melebihi ekspektasi, atau risiko pertumbuhan akibat Brexit dapat diatasi,” kata Dudley dalam sambutannya.
Komite Pembuat Kebijakan The Fed (FOMC) tetap menjaga overnight rate di kisaran 0,25-0,5 persen setelah kenaikan terakhir pada Desember tahun lalu. Di lain sisi, Dudley pesimistis pengetatan kebijakan moneter Amerika dilakukan tahun ini mengingat banyaknya penghambat seperti pertumbuhan ekonomi yang stagnan di level 2,1 persen selama tujuh tahun terakhir. Perbaikan pasar tenaga kerja ternyata tak mengurangi tingkat pengangguran.
The Fed juga mempertimbangkan kondisi keuangan negara lain terutama akibat referendum Inggris (British Exit). Musababnya, pelemahan ekonomi negara lain membuat dolar Amerika terus menguat sehingga investor lari ke negeri paman sam ini. “Sebaliknya, suku bunga AS telah turun seiring dengan jalur suku bunga asing dan dolar telah dihargai hanya sedikit,” kata Dudley.
PUTRI ADITYOWATI