TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan tiga tantangan besar ekonomi global yang harus diwaspadai Indonesia. Tantangan yang utama adalah bagaimana strategi mengejar target pertumbuhan ekonomi seusai krisis keuangan global.
Selanjutnya adalah bagaimana menyusun kebijakan moneter yang optimal dan dapat ditempuh dalam perekonomian terbuka. “Terakhir, bagaimana mencapai stabilitas keuangan di tengah keragaman (divergensi) kebijakan moneter dunia,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Senin, 1 Agustus 2016.
BI pun menggelar seminar bersama Federal Reserve Bank of New York (FRBNY) untuk mendiskusikan masalah tersebut di Nusa Dua, Bali, Senin ini. Seminar itu mengambil tema "Managing Stability and Growth Under Economic and Monetary Divergence".
Baca Juga: Peserta Amnesti Pajak Jangan Tunggu Akhir September
Presiden FRBNY William C. Dudley berujar, beragamnya kebijakan ekonomi dan moneter ini didominasi negara-negara ekonomi terbesar di dunia. Akibatnya, timbul sejumlah risiko yang menjadi tantangan bagi otoritas di negara-negara Timur dan Barat.
Itu sebabnya, ucap dia, para pembuat kebijakan dipacu menyusun kebijakan yang bertujuan mendukung pertumbuhan dan memitigasi risiko. “Ini sekaligus mempertahankan stabilitas moneter dan keuangan,” tutur Dudley.
Simak: Lima Penerbangan Lion Air Delay Panjang, Ini Alasannya
Menurut Dudley, kebijakan moneter tidak bisa statis, tapi harus mampu menyesuaikan dengan kondisi perekonomian. Ada dua langkah penting dalam pengambilan kebijakan moneter, yaitu mempertimbangkan ekosistem ekonomi global secara ekspansif dan berkomunikasi secara jelas serta konsisten. “Untuk itu, pengambilan kebijakan moneter harus dilakukan secara cepat.”
GHOIDA RAHMAH