TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian yang baru, Airlangga Hartarto, mengatakan ekspor hasil industri furnitur nasional mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2014 nilai ekspornya mencapai US$ 1,9 miliar dan meningkat menjadi US$ 2 miliar pada 2015. "Diprediksi nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai US$ 5 miliar," katanya dalam keterangan tertulis Kementerian Perindustrian, Jumat, 29 Juli 2016.
Dengan terus meningkatnya nilai ekspor hasil industri furnitur nasional, Airlangga menginginkan adanya sinergi kebijakan dalam upaya mendorong pengembangan industri furnitur. "Sinergi kebijakan itu diperlukan untuk mewujudkan Indonesia incorporated, khususnya di seluruh mata rantai industri furnitur," tutur menteri dari Partai Golkar itu.
Airlangga juga meminta para pelaku industri furnitur memiliki militansi dan nasionalisme dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dalam era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) saat ini. "Dalam artian ulet, tangguh, dan pantang menyerah, serta mengutamakan kepentingan nasional," katanya.
Airlangga berpesan, dalam menciptakan inovasi dan kualitas, pelaku industri perlu didukung dengan kegiatan penelitian dan pengembangan yang kuat. "Terutama di bidang desain, teknik produksi, dan teknik finishing karena hal itu yang menjadi ujung tombak daya saing industri."
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menambahkan, MEA menyebabkan persaingan industri menjadi semakin ketat. Karena itu, senada dengan Airlangga, Panggah mengatakan perlunya sinergi di antara para pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Menurut Panggah, harmonisasi pelaku usaha hulu dan hilir juga penting untuk menciptakan nilai tambah produk-produk yang ada. "Ini dapat ditransmisikan dalam bentuk harga pembelian yang menarik minat pelaku usaha hulu sehingga dapat menjamin ketersediaan bahan baku."
ANGELINA ANJAR SAWITRI