TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah meminta pengusaha mebel berinvestasi membangun industri manufaktur di daerah sumber bahan baku kayu dan rotan.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri mebel Indonesia harus mampu tumbuh eksponensial untuk mengejar kemajuan industri di luar negeri.
“Harus ada peta jalan agar industri ini bisa tumbuh tidak linier, melainkan eksponensial. Tadi disampaikan bahwa target naik 100 persen dalam 5 tahun, itu kalau pertumbuhan linier,” katanya seusai acara Pengukuhan Pengurus Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia, Kamis, 28 Juli 2016.
Perkembangan industri furnitur nasional mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Nilai ekspor furnitur kayu dan rotan nasional mencapai US$ 1,8 miliar pada 2013 dan meningkat menjadi US$ 1,9 miliar pada 2014, kemudian menjadi US$ 2 miliar pada 2015.
Salah satu cara yang diusulkan Menperin adalah mendorong pertumbuhan industri di wilayah penghasil kayu dan rotan yang berbatasan dengan pasar di negara tetangga.
“Gubernur Riau pernah bicara ingin punya industri besar yang targetnya pasar ASEAN, apa itu Malaysia atau Singapura. Pasarnya kan dekat. Di Pekanbaru, misalnya, cocok. Industri kerajinan atau mebel harus didorong, paling tidak sub-kontraktor di wilayah perbatasan,” katanya.
Airlangga berjanji pemerintah akan bekerja sama dengan pelaku usaha untuk memperbaiki iklim bisnis di Indonesia. “Kami akan bahas. Itu juga kan pasar yang membuat regulasi, terutama Uni Eropa. Semua akan diharmonisasi.”
Himpunan Industri Mebel Dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) adalah penggabungan Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) serta Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo).