TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini berpeluang melanjutkan tren bullish (menguat). Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, beberapa sentimen pasar ditopang rilis laba 2Q16 sejumlah emiten dan pergerakan pasar emerging market yang kondusif, terutama setelah Jepang melanjutkan komitmen kebijakan stimulusnya dengan mengalokasikan dana hingga US$ 265 miliar.
"IHSG menguji psikologis level 5.300 dengan support di posisi 5.250," ujar David dalam pesan tertulisnya, Kamis, 21 Juli 2016.
IHSG kemarin melonjak tajam hingga sempat menyentuh level 5.300 sebelum tutup di posisi 5.274,361 atau menguat 50 poin (0,96 persen) setelah pasar merespons positif hasil perombakan Kabinet Kerja, terutama di portofolio ekonomi dengan masuknya Sri Mulyani Indrawati kembali menjadi Menteri Keuangan.
Pasar menilai perombakan kabinet kali ini menghasilkan figur yang lebih kredibel dan berkemampuan, terlebih di tim ekonomi, untuk menjawab tantangan perekonomian domestik ke depan, terutama tantangan keberhasilan program tax amnesty.
Nilai transaksi di pasar reguler kemarin meningkat menjadi Rp 8,62 triliun dan pembelian bersih asing mencapai Rp 617,54 miliar. Saham sektor semen, infrastruktur, perbankan, dan konsumsi menjadi motor penguatan indeks.
Di samping respons atas hasil perombakan kabinet, penguatan indeks kemarin turut ditopang respons atas rilis laba 2Q16 sejumlah emiten yang berhasil tumbuh di atas estimasi sebelumnya. Sedangkan dari eksternal, sentimen positif terutama dipicu kebijakan Jepang yang menambah stimulus hingga US$ 265 miliar, yang mendorong indeks saham Nikkei kemarin melonjak 1,7 persen.
Adapun pada Rabu malam kemarin, pasar Wall Street bergerak bervariasi, merespons hasil pertemuan FOMC dan rilis laba 2Q16 sejumlah emiten. Indeks DJIA dan S&P tutup tipis di teritori negatif, masing-masing melemah 0,01 persen dan 0,12 persen di posisi 18.472,17 dan 2.166,58. Indeks Nasdaq berhasil menguat 0,58 persen di level 5.139,81, terutama ditopang kenaikan saham Apple.
Harga minyak mentah kembali melemah ke level terendah dalam tiga bulan terakhir di posisi US$ 41,92 per barel. Hasil pertemuan FOMC pekan ini masih menahan tingkat bunga FFR di angka 0,25-0,5 persen. Pernyataan Yellen mengindikasikan pasar tenaga kerja menguat dan risiko perekonomian rendah pasca-Brexit. Pasar memperkirakan kenaikan bunga FFR akan terjadi Desember tahun ini.
DESTRIANITA