TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan tingkat inflasi Indonesia pada Juli masih sesuai dengan target, yakni di kisaran 3-5 persen. Berdasar penghitungan bank sentral, angka inflasi yang pada minggu pertama Juli diprediksi 1,2 persen kini mengarah ke angka 1 persen pada minggu terakhir bulan yang sama.
“Artinya, terkendali dan baik,” kata Agus setelah menghadiri seminar kajian tengah tahun Institute for Development Economics and Finance (Indef) 2016 di kampus Universitas Trilogi, Jakarta, Rabu, 27 Juli 2016.
Agus menambahkan, Bank Indonesia kini sedang menyiapkan antisipasi menjelang munculnya musim basah atau La Nina. Musim basah ini dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak harga pangan.
Selain itu, kata Agus, penyesuaian harga listrik untuk 900 VA menjadi salah satu perhatian Bank Indonesia. “Memang ini akan membantu fiskal, tapi juga akan memberi tekanan pada inflasi.”
Agus menilai setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan inflasi Juli dapat dikendalikan, yaitu neraca pembayaran yang surplus, daya beli masyarakat yang meningkat, serta kenaikan indeks harga komoditas ekspor Indonesia yang meningkat. Meski begitu, ia berharap pada semester dua ini sektor swasta bisa lebih bangkit.
Semula, Agus memperkirakan indeks harga komoditas ekspor Indonesia pada 2016 turun seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi kini nilai penurunannya justru mengecil yang menjadi pertanda baik. “Tiga-empat tahun terakhir terus turun, ternyata yang kita amati yang turun minus 6 persen berkurang menjadi minus 4 persen,” katanya.
Agus menyebut beberapa komoditas yang mengalami perbaikan, yaitu kelapa sawit dan batu bara. Namun ia mengingatkan agar pemerintah tidak selalu bergantung pada komoditas ekspor. “Ini pekerjaan rumah kita untuk jangan bergantung pada komoditas mentah.”
ARDITO RAMADHAN D. | R.R. ARIYANI