TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta menguat 40 poin menjadi 13.125 per dolar Amerika Serikat pada awal perdagangan Rabu pagi, 27 Juli 2016.
Ekonom dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan, meski masih terbatas, ruang penguatan rupiah mulai terbuka di tengah sentimen pelemahan dolar AS menyusul proyeksi suku bunga Amerika Serikat belum akan naik.
"Dolar AS melemah setelah data kepercayaan konsumen Amerika Serikat diumumkan turun. Pengumuman itu semakin membuat harapan kenaikan suku bunga acuan AS menjadi semakin mengecil," kata Rangga.
Di dalam negeri, Rangga menjelaskan, investor sedang menanti realisasi pelaksanaan amnesti pajak dan pelaku pasar menunggu perombakan kabinet.
"Presiden Joko Widodo kembali merombak susunan kabinetnya hari ini. Kondisi itu berpeluang kembali mengangkat optimisme pasar terhadap kinerja pemerintah ke depan," kata Rangga.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, mengatakan penguatan nilai tukar rupiah diperkirakan terbatas karena harga minyak mentah dunia cenderung masih menurun.
Harga minyak mentah WTI pagi ini turun 0,19 persen menjadi US$ 42,84 per barel dan Brent Crude turun 0,20 persen menjadi US$ 44,78 per barel.
"Pelemahan lanjutan harga minyak dunia membuat rupiah sebagai mata uang yang berbasis komoditas masih rentan," kata Reza.
ANTARA