TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan impor gula mentah (raw sugar) terealiasasi sebelum September mendatang. “Supaya harga (gula) segera turun. Kami akan upayakan segera," ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto setelah rapat koordinasi mengenai ketersediaan dan stabilisasi harga pangan di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Juli 2016.
Panggah mengatakan impor raw sugar sebanyak 114 ribu ton belum terealisasi hingga kini. Padahal, jumlah tersebut masih jauh dari total kuota impor raw sugar yang ditugaskan kepada PT Perkebunan Nusantara X, yakni 381 ribu ton.
Belum terealisasinya kuota impor yang ditargetkan oleh pemerintah itu, kata Panggah, diakibatkan terbatasnya pasokan raw sugar karena adanya La Nina. "Harusnya sudah kemarau, tapi masih hujan. Harusnya musim giling Mei, sampai Juli masih hujan," tuturnya.
Menurut Panggah, La Nina tersebut terjadi di beberapa negara yang biasanya menjadi tujuan pemerintah untuk impor gula, seperti Brasil, Thailand, dan Australia. "Selain itu, perlu waktu 45 hari dari Brasil untuk sampai ke Indonesia. Kalau dari Thailand, seminggu," kata Panggah.
Namun, Panggah berujar, harga gula tetap harus diturunkan meskipun pasokan raw sugar tengah menurun. "Nanti diusahakan agar pasokan ditambah. Yang sudah kami keluarkan (kuota impor), kami realisasikan. Kalau sekarang memang belum (terealisasi).”
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution berujar, harga gula yang saat ini dibanderol Rp 16 ribu per kilogram di pasaran masih terlalu tinggi. Darmin berharap, pada akhir tahun ini, harga gula akan turun di kisaran Rp 12.500 per kilogram meskipun pasokan di pasar global menurun.
Untuk menurunkan harga gula itu, pemerintah akan mendorong Perum Bulog untuk meningkatkan stok gula melalui pembelian dari pabrik-pabrik gula. Bila perlu, kata Darmin, pemerintah akan menambah kuota impor untuk memastikan pasokan dan harga gula di dalam negeri terjaga.
ANGELINA ANJAR SAWITRI