TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan, Bambang Bambang Brodjonegoro, memberikan sosialisasi terkait amnesti pajak kepada para anggota bursa dan emiten. Bambang menuturkan amnesti pajak penting dilakukan karena keadaan ekonomi global sedang tidak pasti.
"Sebagai bagian dari menyiapkan instrumen untuk menahan goncangan, tax amnesty dapat menjadi jawaban," kata Bambang dalam sambutannya ketika menghadiri acara Sosialisasi Amnesti Pajak di Ballroom Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Selasa 26 Juli 2016.
Bambang menilai jumlah cadangan devisa Indonesia yang hanya berjumlah US$ 100 miliar tidak mencerminkan Indonesia sebagai negara eksportir. Bambang menyebut jumlah yang sedikit itu disebabkan masih banyaknya orang-orang yang menyimpan uang di luar negeri.
Bambang menyebut setidaknya terdapat tiga hal yang menjadi alasan orang-orang untuk menyimpan uang di luar negeri. "Pertama, perdagangan bebas; kedua, mereka memilih bisnis di luar negeri; ketiga,menyimpan aset di luar negeri lebih menguntungkan dan nyaman ketimbang di Indonesia," kata Bambang.
Menurut Bambang, dengan adanya kebijakan amnesti pajak justru akan membuat orang-orang yang selama ini menyimpan uang di luar negeri akan menyimpan uang di dalam negeri. "Tax amnesty menyediakan ruang saat terbaik untuk berupaya menarik sebagian uang di luar ke dalam, kita harapkan dengan insentif berbentuk amnesti pajak," katanya.
Bambang menambahkan, aliran dana repatriasi ini nantinya akan disalurkan pada sektor infrastruktur. Pembangunan itulah yang menurut Bambang akan membuat Indonesia lebih maju dari negara-negara tetangga. "Manfaatkan tax amnesty untuk melompat, bukan hanya bergerak maju tapi melompat. Kalau Singapura bergerak maju, kita melompat," kata Bambang.
Acara sosialisasi ini juga dihadiri oleh Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio; Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida; dan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Robert Pakpahan. "Semoga satu spirit mencari cara untuk mendorong laju ekonomi Indonesia," Bambang mengakhiri pidatonya.
ARDITO RAMADHAN