TEMPO.CO, Cepu - PT Pertamina (Persero) optimistis Central Processing Plant (CPP) area Gundih Asset 4 PT Pertamina EP di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, berpotensi menambah dana bagi hasil (DBH) kabupaten tersebut.
Direktur Utama PT Pertamina Dwi Sutjipto mengatakan saat ini CPP Gundih, dalam kegiatan operasionalnya, mampu menyerap 100 persen tenaga kerja lokal. Dengan begitu, ia berharap CPP Gundih mampu meningkatkan taraf perekonomian Kabupaten Blora.
“PT Pertamina mendorong percepatan CPP Gundih agar dapat segera memasuki tahapan komersialisasi,” katanya saat ditemui di CPP Gundih, Blora, Jawa Tengah, Jumat, 22 Juli 2016.
Dengan demikian, Sutjipto menambahkan, CPP Gundih dapat menambah pemasukan negara di sektor migas. Hal ini juga diharapkan bisa berdampak bagi daerah penghasil, yakni bertambahnya Dana Perimbangan Bagi Hasil Migas dan tercipta multiplier effect atas aktivitas operasi migas di daerah tersebut.
Terkait dengan harga minyak mentah dunia saat ini, Sutjipto menjelaskan, pada 2014, kisaran harga minyak mentah dunia di angka US$ 100 per barel, sedangkan pada 2015 ada di kisaran US$ 40 per barel. "Dengan adanya realisasi DBH, minyak dan gas bagi daerah penghasil tentu akan terpengaruh juga," ucapnya.
Sutjipto mengilustrasikan, di Kabupaten Blora pada 2014, realisasi DBH untuk minyak mencapai sekitar Rp 8,07 triliun dan gas sekitar Rp 109 miliar. Sedangkan, pada 2015, DBH untuk minyak mencapai Rp 1,94 triliun dan gas mencapai Rp 47 miliar.
Adapun pasokan gas dari CPP Gundih kurang-lebih 50 mmscfd selama 12 tahun akan dialirkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah.
Penyaluran gas ke PLTGU Tambak Lorok berdampak pada potensi efisiensi energi sekitar Rp 21,4 triliun. “Selain itu, konversi bahan bakar HSD ke gas dapat mereduksi CO2 sebesar 800 ton per hari," ucap Sutjipto.
BAGUS PRASETIYO