TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan tax amnesty ibarat musim diskon di pusat perbelanjaan. Pengusaha yang tidak ikut tax amnesty, berarti orang sombong yang tidak mau memanfaatkan program diskon.
"Siapa yang tidak pakai artinya sombong. Sama halnya kalau kita ke mal ada diskon 50 persen, lalu bilang saya tidak mau diskon saya maunya bayar 100 persen," kata Kalla, dalam sosialisasi tax amnesty, Kamis, 21 Juli 2016, di Kementerian Keuangan, Jakarta.
Kalla mengatakan tax amnesty adalah kemurahan yang diberikan pemerintah pada warga negara. Kesempatan ini jarang diberikan. Pemerintah hanya mengenakan pajak yang kecil untuk repatriasi atau deklarasi. Untuk repatriasi di periode pertama, misalnya, tebusan pajak hanya 2 persen.
"Menteri Keuangan juga lama-lama seperti sales di mall. Obral-obral ayo 2 persen. Sama seperti pemerintah memberi obralan. Saya kira Anda (para pengusaha) bukan orang-orang sombong kan," kata Kalla di acara yang dihadiri para pengusaha itu.
Ibarat pengampunan berjamaah, dalam tax amnesty, negara menutup mata atas kesalahan yang dibuat para pengusaha. Sesuai slogan tax amnesty, para pengusaha tinggal ungkap hartanya, tebus pajaknya, sehingga bisa lega. Karena itu, kemurahan hati pemerintah ini, kata Kalla, harus dimanfaatkan. "Tapi kalau warganya menantang pemerintah, ya, ungkit, tangkap, lemas," kata Kalla.
Selain itu, Kalla mengatakan, tidak ada manfaatnya lagi pengusaha menyimpan dananya di luar negeri. Dari hitung-hitungan return investasi, menyimpan uang di Indonesia jauh lebih menguntungkan. Bunga deposito di Singapura, Hong Kong, dan negara lainnya negatif semua. Di Indonesia, bunganya masih 5-6 persen. "Apa artinya kalau sembunyikan di luar tapi bunganya negatif, walaupun pajaknya nol," kata dia.
Apalagi, Kalla melanjutkan, Indonesia pada tahun ini akan memperbaiki seluruh sistem teknologi perpajakan. Sistem ini ditargetkan selesai tahun depan. Dari situ, semua transaksi akan terpantau. Maka sebelum sistem itu berlaku, Kalla meminta pengusaha berdamai dengan pemerintah dengan mengikuti program tax amnesty.
Kalla mengatakan tak ada gunanya pengusaha tak mengikuti tax amnesty. Sebab, mulai 2018 banyak negara akan melakukan pertukaran informasi pajak (automatic exchange of tax information), termasuk Indonesia. Pengusaha yang tidak ikut tax amnesty pasti akan ketahuan telah melanggar pajak. Informasi keuangan orang itu akan dilacak dan dibagikan ke negara lain. "Maka siapa yang gelapkan pajak akan jadi musuh bersama dunia, kayak terorisme," kata Kalla.
Karena itu, dia meminta para pengusaha memanfaatkan tax amnesty yang saat ini ditawarkan pemerintah. Jangan berharap program serupa bakal ada di 2017. Dengan mengikuti tax amnesty ini, Kalla yakin para pengusaha bukan hanya sejahtera, tapi bisa tidur enak. "Ini kemurahan agar kita tidur enak semua," Kalla menegaskan.
AMIRULLAH