TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pertumbuhan ekonomi yang meningkat tak serta-merta membuat angka kemiskinan menurun. Darmin mengatakan kedua hal itu tidak mesti memiliki hubungan sebab-akibat.
"Memang tidak otomatis begitu," kata Darmin saat ditemui wartawan di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin, 18 Juli 2016.
Pernyataan tersebut merespons pengumuman Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin soal jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2016 yang mencapai 28,01 juta orang. Angka ini sekitar 10,86 persen dari jumlah penduduk nasional.
"Berkurang sebesar 500 ribu orang dibanding pada September 2015, yang berjumlah 28,51 juta orang," kata Suryamin. Jumlah penduduk miskin tersebut turun 0,58 juta orang dibanding pada periode Maret tahun sebelumnya. BACA: Hampir 11 Persen Penduduk Indonesia Miskin
Sebelumnya, BPS juga merilis tingkat pertumbuhan ekonomi per kuartal pertama tahun ini mencapai 4,92 persen atau turun dibanding kuartal sebelumnya, yakni kuartal keempat tahun lalu, sebesar 5,04 persen. Bila ada korelasi yang baik, tingkat kemiskinan per kuartal pertama tahun ini naik. Tapi, ternyata, BPS mengumumkan jumlah penduduk miskin malah turun.
Lebih jauh Darmin menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan kegiatan ekonomi dibandingkan dengan kegiatan ekonomi yang ada sebelumnya. Sedangkan kemiskinan melihat orang-orang yang penghasilannya paling rendah, apakah di bawah atau di atas garis kemiskinan.
Meningkatnya angka kemiskinan, menurut Darmin, bukan karena jumlah barang dan jasa bertambah, melainkan karena harga barang naik. Bahkan, kalau harga-harga tidak naik secara signifikan, angka kemiskinan tak akan banyak berubah. "Itu makanya tingkat kemiskinan turun."
Menteri Darmin menuturkan bahwa tingkat kemiskinan yang menurun salah satunya karena harga bahan kebutuhan pokok stabil. Namun ia mengakui belum melihat angka hasil survei BPS tersebut.
DIKO OKTARA