TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengklaim angka kecelakaan transportasi darat pada masa mudik Lebaran 2016 menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Penurunan angka kecelakaan itu sekitar 12,65 persen dibanding mudik 2015.
“Ini karena pengguna berpindah moda transportasi,” ujar Sekretaris Jenderal Kemenhub Sugihardjo saat konferensi pers di gedung Kementerian Perhubungan, Rabu, 13 Juni 2016.
Pada Lebaran 2016, pengguna cenderung memilih pesawat terbang karena harga tiket tak lagi mahal dan banyak yang memiliki kendaraan pribadi akibat maraknya mobil murah. Ini membuat bus AKAP ditinggalkan.
“Belum lagi dengan adanya mudik gratis dan pengangkutan sepeda motor dengan kereta api dan truk,” katanya.
Data dari Korps Kepolisian Lalu Lintas (Korlantas) menyebutkan, dari H-6 Lebaran hingga H+5 Lebaran, korban kecelakaan saat operasi Ramadaniya berjumlah 2.601 orang dengan rincian 483 orang meninggal di tempat, 844 orang luka berat, dan 3.464 orang luka ringan.
Korban yang meninggal terbanyak terjadi pada 3 Juli 2016 atau H-3 Lebaran. Dari data Korlantas, jumlah korban yang meninggal saat itu mencapai 49 orang. Pada periode H-7 hingga H+2 Lebaran, jumlah korban meninggal mencapai 366 orang.
Korban luka berat, paling banyak terjadi justru saat H+1 Lebaran atau 8 Juli 2016. Korlantas merilis, sejak H-7 hingga H+2 Lebaran, total korban yang luka berat akibat kecelakaan berjumlah 634 orang.
Untuk luka ringan, korban terbanyak terjadi pada H-2 Lebaran atau 4 Juli 2016. Dari H-7 sampai H+2 Lebaran, korban luka ringan akibat kecelakaan mencapai 2.537 orang. Angka ini sekaligus menjadi jumlah terbanyak untuk korban kecelakaan hingga saat ini.
Angka-angka tersebut bersifat umum dan tak merinci penyebab kecelakaan dan daerah penyumbangnya. Petugas Korlantas mengaku, pihaknya hanya menerima data yang telah diolah dari tiap-tiap kepolisian daerah (polda)
BAGUS PRASETIYO