TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju inflasi pada Juli ini. "Faktor liburan dan tahun ajaran baru masih muncul di bulan ini," tutur Sasmito saat dihubungi pada Minggu, 10 Juli 2016.
Faktor lainnya adalah tarif angkutan yang masih tinggi karena arus balik Lebaran. Apalagi Brexit (Brebes Exit), itu kan berpengaruh juga.” Kejadian-kejadian di daerah selalu dipantau untuk melihat dampak yang ditimbulkan secara lokal dan nasional.
Sasmito memperkirakan, inflasi di daerah tujuan mudik tinggi. Hal itu juga akan berpengaruh terhadap laju inflasi pada Juli ini. "Harga makanan masih stabil.” Harga emas juga masih naik karena banyak yang ingin bergaya saat Lebaran. Sektor pariwisata juga akan berpengaruh.
Di sisi lain, menurut Sasmito, harga bahan pokok justru menurun. Dengan penurunan itu, ia berharap, inflasi pada Juli lebih rendah dibanding Juni. Namun ia enggan memprediksi berapa laju inflasi pada Juli. "Ini kan masih sangat awal, jadi belum kelihatan sejauh apa," ucap Sasmito.
Pada umumnya, Sasmito menambahkan, inflasi pada pekan pertama setelah Lebaran stabil. Penurunan baru akan terjadi pada pekan kedua dan ketiga. Selama tiga pekan, masih ada peluang harga bahan pokok turun. "(Harga) Gula dan terigu akan menurun lumayan."
Pada 7 Juli lalu, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan inflasi pada Juli tidak akan setinggi inflasi pada Juni. Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati juga memprediksi, inflasi pada Juli berada di kisaran 0,4 persen.
BPS mencatat, inflasi Juni 3,45 persen secara year on year dan 0,66 persen secara month to month. Inflasi itu terjadi karena harga bahan pangan, angkutan udara, angkutan antarkota, tarif listrik, dan emas perhiasan naik.
ANGELINA ANJAR SAWITRI